Sabtu, 15 Oktober 2011 | By: Cempaka ceria

Puisi

Cahaya HatiQ...
Tamparan cahaya sang surya..
Menyapa pagi ku
Membawaku lepas kealam nyata,,
Kubuka mata dan kuberikan senyuman
Pada raja hatiku
Dia....
Seorang dengan cahaya
Cahaya hati penuh hati
Matanya yang indah
Berbinar menatap kasih padaku

Belaian tangan penuh kasih.
Untaian kata  dengan cinta,,
Sapuan kasih sehalus sutra
Yang selalu ia berikan padaku
Dari dini,kibi dan selamanya..
Semua kasih yang tak dapat ku balas...
Tak dapat terganti ,,
Tak menimbulkan amarah dihatinya,,
Tulus iklas kasih dan sayng yang mereka berikan
Waktu yang tak dapat berkata
Akupun tak sanggup berucap
Tapi hati yang selalu berkata
“ aku sayang bunda”.

Kamis, 23 Juni 2011 | By: Cempaka ceria

Cerpen

 Cinta & Benci 
Emang Beda Tipis

 Plak’ sebuah buku berhasil mendarat dengan sukses di kepala Dewi, dengan kesal Dewi mengambil dan melamparkan buku itu kembali pada pemiliknya,“Sialan loe, sakit tau!” gertak Dewi pada Dimas.
            “Salah loe sendiri, jalan pake lewat depan kelas gue!” kata Dimas sambil berjalan meninggalkan dewi yang masih terlihat kesakitan sambil memegangi kepalanya. “Eh monyet, emang loe pikir ini sekolahan punya nenek moyang lo apa, gue mau lewat dimana juga urusan gue” kata Dewi yang tak sanggup lagi menahan emosinya, tapi semua tampak sia-sia karena Dimas sama sekali tak membalas makiannya.
         Dimas dan Dewi telah lama saling mengenal karena mereka selalu satu sekolahan dari SD sampai SMA, namun anehnya mereka tidak pernah akur satu sama lainnya. Dimana pun mereka bertemu pasti ada perkelahian atau sekedar adu mulut. Sita dan Eki sahabat Dewi sudah sangat mengerti akan keadaan yang baru saja mereka lihat, maka tak heran apabila mereka sedang bersama Dewi mereka pasti menghindarkan Dewi dari tempat dimana Dimas berada.
 Tinggg,,,tingg...ting...
Bel tanda masuk berbunyi. Masih dengan tampang kesal Dewi melangkah bersama Sita dan Eki menuju kelas mereka. “Sial kita jadi gak sempat jajan deh, gara-gara tu monyet sialan! “ kata Dewi ketika baru saja duduk dibangkunya.
“Ih, salah io juga kali Wi’ pake marah-marah segala!” kata Sita.  “Wajar dong gue marah, abis dia nimpukan kepala gue seenaknya aja, kan sakit”.
 “Udah-udah kalian berdua kok malah jadi berantem, bentar lagi pak Jarmin masuk loh,” kata  Eki mengingatkan kedua sahabatnya.
Pak jarmin adalah guru matematika disekolah mereka. Guru ini sangat disegani dan ditakuti oleh siswa disekolah mereka, ia juga dikenal dengan guru seribu rumus. Setiap siswa yang diajari olehnya pasti tak akan pernah lepas dari remedial kalau si siswa belum memahami materi secara mendalam. Tidak heran alasan yg paling sering ditemukan apabila siswa telat pulang dari sekolah adalah Remedial matematika. Dewi, Sita dan Eki termasuk dalam daftar siswa yang juga menjadi langganan remedial pak Jarmin setiap hari jumat. Walaupun dewi, Sita, Eki,dan teman-temannya yg lain adalah siswa dari kelas unggulan tetap saja mereka jarang sekali lolos dari ujian pak Jarmin. Perbedaan taraf kesulitan soal dikelas unggulan dan kelas biasa  adalah salah satu penyebab mereka sering remedial pada pelajaran matematika.    
    “Aduh, ia gue baru inget hari ini kan kita bakalan dibagiin hasil ulangan minggu lalu kan? waduh mampus gue, feeling gue pasti reme deh, abis gue sama sekali gak ngerti sama materinya mana remedialnya langsung entar sore dan diperparah gue belum mempersiapkan diri alias belum belajar, aduh abis deh gue guys,” kata dewi panik.“Tenang aja wi, belum tentu juga kan lo beneran reme, kalau lo panik kayak gitu entar apa yang lo pikirin jadi  kenyataan lo!” kata Eki.  “Bener tu Wi kata si Eki, lo gak usah panik gitu”.  Beberapa saat kemudian pak Jarmin pun datang sambil membawa kertas ulangan. Benar saja dugaan Dewi, dia remedial kali ini. Nilainya kurang 10 poin untuk mencapai nilai standar 75.“Tuh kan guys gue reme, loe berdua gimana?” tanya Dewi pada dua sohibnya itu.
“Gue dapat nilai pas 75 jd gak kena bencana!” kata Eki sambil memperlihatkan nilainya pada Dewi. “ Hah..!! gue dapet 85 guys..!! huuu senang banget deh rasanya, gak nyangka gue,” kata Sita sambil bersorak senang.
   “Aduh, gue entar pulang sendiri dong , kan gue harus reme dulu, kalian mau nungguin gue gak?? Please guys...” bujuk dewi . “aduh maafin gue wi, gue kan harus les jam 3 nanti, gmana dong? Lo ki’ lo aja yg nemenin dewi..” kata sita pada dewi. Yah lo kan tau ntar sore jadwal gue latihan karate kan?? Mana udah dua kali gak masuk karena nemenin kalian shoping waktu itu! Gue dh gak bisa isin lagi,..!”. akhirnya dewi harus remedial tanpa ditunggui oleh eki dan sita. Waktu menunjukan pukul  4.30, tapi dewi belum selesai mengerjakan soal nya, sementara teman-temannya yg lain sudah mulai meninggalkan ruangan. Langit tampak begitu mendung dan hujan pun mulai turun saat dewi telah menyelesaikan remedialnya.  Suasana sekolah yang sudah sepi, membuat dewi bergegas membereskan barang-barangnya.
Hujan turun begitu lebat, dan keadaan ini memaksakan dewi untu berteduh di post satpam depan sekolah.  Dewi kali ini mulai pasrah dengan keadaan ia pun berjalan menembuh hujan dan mencari kendaraan didepan gerbang sekolah, dan sialnya lagi tak ada satupun kendaraan yang lewat. Namun tak lama kemudian seseorang datang. “wi, ngapain lo disini hujan-hujanan,? Ah gak waras ni anak.!” Kata dimas saat menghentikan motornya tepat dihadapan dewi. “ eh, monyet enak aja lo ngatain gue gak waras, lo tuh yang sarap datang trus ngatain orang gak waras” jawab dewi sambil berjalan meninggalkan dimas. “ lo mau pulang kan, sini gue anterin gini-gini gue masih punya perasaan lo! Gak tega gue liat cewek jelek kayak lo hujan-hujan nungguin angkot!” sambung dimas sambil mengikuti dewi dari belakang. “gak usah, gue gak mau hutang budi ama cwok kayak lo!” kata dewi dengan nada kesal. Krittt,,, bunyi ban motor dimas yang berdenyit saat berbelok tepat didepan dewi “ udah deh, naik cepetan sebelum lo beneran sakit kehujanan kayak gini, nih pake jaket gue biar gak tambah kebasahan” kata dimas sambil memberikan jaketnya pada dewi. Kali ini dewi sudah gak bisa menolak karena ia memang merasa mulai kedinginan. “jaketnya lo aja yang pake , gue udah terlanjur basah juga kok” kata dewi mulai melunak sambil memberikan jaket dimas kembali. “ lo aja yang pake, gak usah mikirin gue dan cepetan naik deh!” dimas memakaikan jaketnya pada dewi .
   Sepanjang perjalanan dewi berpikir keras, kenapa dimas mau nolongin dia?  Beribu alasan baik negatif maupun positif berloncat-loncatan dalam benak dewi. Hujan yang bertambah deras membuat mereka benar-benar tidak bisa melanjutkan perjalanan. Akhirnya mereka berhenti disebuah halte bus untuk beteduh. Dewi tampak begitu pucat dan kedinginan karena kehujanan dari tadi. Ia terlihat mulai sesak napas. “lo kenapa wi? Muka lo ko pucat gitu? lo juga kayak lagi sesak napas ya?” tanya dimas dengan raut wajah khawatir. “ngak, stst (dengan tersengal-sengal ) gue ngak apa-apa ko!” kata dewi sambil terus berusaha mengatur nafasnya. “gimana gak knapa-napa, aduh lo ya . tunggu disini jangan kemana –mana gue kewarung seberang dulu.”  Beberapa saat kemudian dimas datang membawa minyak angin. “ni gue bawain lo minyak angin, lo pake gih buat menghangatkan badan” kata dimas. “ makasi ya dim,” kata dewi pelan. Lebih dari 10 menit mereka berteduh dan hujan pun mulai reda. Mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang. “ makasi banyak ya dim,” kata dewi dan bergegas masuk ke dalam rumahnya.
  Malam harinya dewi sama sekali tak bisa memejamkan matanya, bukan hanya karena asmanya sedang kambuh akibat kedinginan, melainkan ia terbayang-bayang dengan tingkah dimas sore tadi. Dewi masih tak habis pikir mengapa dimas mau menolongnya, sampai memberikan jaket itu padanya. Padahal dewi dan dimas sudah lama tak saling bicara. Dulu waktu Dewi dan Dimas masih disekolah dasar mereka adalah sepasang sahabat karib, namun karena kesalahpahaman mereka akhirnya menjadi rival, hingga sekarang .
Keesokan harinya, seseorang datang kekelas dewi, “ dewi ada gak?” tanya dimas pada salah seorang teman dewi . “ dewi gak masuk, kata si eki dia sakit!”, mengetahui hal itu dimas jadi khawatir. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah dewi sepulang sekolah. Dimas berhenti tidak jauh dari rumah dewi, dimas tak masuk kedalam rumah melainkan hanya memperhatikan gerak-gerik orang dirumah dewi . Tak lama kemudian dewi dan ibunya keluar dari dalam rumah dan segera masuk kemobil. Dari jauh dimas dapat melihat wajah dewi yang nampak pucat. 
     Dimas baru menyadari bahwa selama ini ia tidak benar-benar benci pada dewi. Dimas selalu khawatir apabila melihat Dewi sakit. Contohnya saja saat upacara bendera Dewi pingsan dan Dimas segera berlari untuk menolong Dewi yang telah jatuh tersungkur di lapangan. Dimas tidak peduli bahwa saat itu ia sedang bertugas sebagai pemimpin upacara, dan seluruh pasang mata memandangnya. Dimas langsung membopong  Dewi ke UKS dan meninggalkan lapangan upacara. Namun belum Sempat Dimas tiba di UKS , kak Tirta tiba-tiba datang dan menyuruh Dimas kembali ketengah lapangan upacara. Dimas mematuhinya karena ia baru sadar bahwa ia sedang bertugas menjadi pemimpin upacara. Selama ini Dimas juga kerap kali memperhatikan aktifitas dewi disekolah, tentu saja tanpa diketahui oleh Dewi. Namun tiap kali mereka bertemu yang terjadi bukanlah keakraban namun hanya menuai pertengkaran . 
    " Dewiiii,,,, lo dah sehat baby??" kata sita histeris saat melihat Dewi sudah masuk sekolah lagi, " ia Wi, lo dah baikan?? " sambung eki. " ia , gue udah gak apa-apa kok! kalian kangen ia ama gue??" Kata dewi  sambil berjalan menuju tempat duduknya. saat dewi hendak menyimpan tasnya kedalam laci , ia terkejut ketika mendapati setangkai mawar merah  dalam laci mejanya. " eki,sita.. kalian yah yang naro bunga ini di laci gue??" tanya dewi kepada kedua temannya. "gak kok, bukan kita. Kita berdua juga baru aja nyampe. " kata sita." coba lo baca kartunya dh ! sapa tau aja ada nama pengirimnya? Lanjut sita. Didalam kartu tersebut tak tertulis nama pengirimnya, yang ada hanyalah inisial nama pengirimnya, “Disini cuman ada inisial nama pengirimnya ‘d’ siapa ya??” kata Dewi.
“ D, hmm bisa Dodi, aatau Dion anak basket , atau Danu ketua Osis, atau...!” eki berhenti dan tiba-tiba berkata “ atau Dimas!!!”. “ haaaaaaa....gak mungkin” kata Dewi dan sita serempak. Ya ampun eki, lo tuh ya ada-ada aja, gak mungkin monyet itu lah?? Sebelum bumi ini remuk diijak semut gue ama Dimas gak akan damai, dan lo juga tau kan kalau Dimas gak bakalan ngasih bunga kayak gini!!” Dewi berkata sambil kembali ketempat duduknya. Sepanjang pelajaran dewi sama sekali gak konsentrasi mengikuti pelajaran, yang ia pikirkan hanyalah siapa yang memberinya bunga, sampai jam pelajaran selesaipun tak ada satupun materi yang nyangkut diotak dewi. Tak heran dewi terus saja memikirkan hal ini, selama SMA ia belum pernah pacaran dan ia juga belum pernah mendengar seorang pria menyatakan isi hati padanya. Dewi juga tidak tau apa penyebabnya mengapa cowok-cowok disekolahnya tak ada yang tertarik padanya. Padahal secara fisik Dewi adalah gadis yang cukup memikat, dan jika dilihat dari kemampuan intelektual Dewi termasuk siswi yang cerdas disekolahnya. Ia sekarang berada dikelas unggulan.
 Keesokan harinya , Dewi kembali mendapatkan sekuntum mawar dilacinya. Begitu juga dengan hari-hari berikutnya, karena penasaran dewi pun memutuskan untuk datang kesekolah lebih awal dan bersembunyi dibalik meja guru, agar ia dapat mengetahui siapa orang yang telah mengiriminya bunga selama ini. Lama menunggu tak ada seorang pun yang muncul kecuali teman sekelasnya yang mulai berdatangan. “aduh , gue jadi makin penasaran nih ?? hari ini tuh orang gak datang lagi buat ngasi bunga ,,, apa jangan-jangan dia tau ya kalau gue dah nungguin dia, dan bermaksud untuk menangkap basah orang itu” kata Dewi pada teman-temannya dikantin pada jam istirahat..
Prangg...rrhggg...rggg.
Mangkuk bakso yang dibawa dewi jatuh kelantai dan pecah berkeping-keping. “ ahhh,, sial kalau jalan pake mata dong” kata dimas dengan nada emosi sambil mengelap bajunya yang tersiram bakso. “ eh gue yang mestinya ngomong gitu, udah tau  ada orang didepannya malah nabrak aja..!!” kata dewi membela diri. “ arrrgtt coba lo bukan cewek!!” dimas beranjak dari kantin dengan perasaan kesal.
“wah Dim, tumben lo sabar gitu ama si Dewi” kata rajif sahabat dimas. “ ia, lo kok lemah banget sih tadi udah kejatohan kuah bakso sebanyak itu, lo malah terima gitu aja! Cemen lo dim” rian datang sambil membawakan baju ganti buat Dimas. “ gue gak mau aja gue dicap sebagai cowok yang suka nyiksa cewek!” kata dimas santai. “ gimana kalau kita kerjain balik si dewi?” kata rajif dan rian . “males gue, dah cukup kali waktu kelah X kita ngerjain dia!” kata dimas. “ tumben lo nolak ngerjain dia,? Ah gue curiga ni sama lo Dim’ jangan-jangan lo ada feeling lagi sama Dewi??” kata rajif dengan tatapan curiga kepada Dimas . “ aapaan sih lo, ya udah kalau lo mau ngerjain Dewi, lakuin aja, tapi gue gak ikutan!”. Rajif dan rian heran melihat perubahan sikap Dimas semenjak mereka naik Kelas XI , Dimas gak pernah lagi mau ngerjain dewi , padahal waktu masih dikelas X , Kelompok Dimas dan Dewi selalu saling menyerang. Pernah sekali waktu kelas X, Dewi dikerjain ama Dimas sampe dia dihukum selama seminggu sama pak Jarmin. Waktu itu Dewi dan Dimas sama –sama duduk dikelas X b, pas jam istirahat pertama Dimas ngegeledah tas Dewi dan ngumpetin buku tugas Dewi. Nah ,sewaktu pak jarmin mengumpulkan buku tugas siswanya , hanya dewi yang tidak mengumpulkan tugasnya. Pak jarmin juga tidak mau mendengarkan alasan Dewi, ia menghukum dewi membersihkan kamar mandi sekolah selama satu minggu. Dewi pun juga kerap ngerjain dimas, mulai dari ngempesan ban Motor Dimas, ngegantung seragam Dimas ditiang Bendera sekolah sampai masukin majalah porno ke tasnya Dimas, nah kebayangkan pas majalah itu ditemuin ama guru BK yang lagi razia, Dimas disuruh lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali, ngebersihin WC siswa dan Guru selama seminggu.
            Senin sore Dewi ada latihan lomba pidato bahasa inggris , dia juga latihan sampe hampir magrib. Saat Dewi hendak Pulang , ia disuruh sama bu jaenab buat masukin mik sama speaker ke ruang peralatan, nah saat itu rajif dan rangga lewat didepan ruat alat dan melihat dewi sedang mengatur barang-barang diatas meja munculah ide mereka untuk ngunciin dewi diruang alat. Betapa terkejutnya Dewi saat ia hendak keluar tapi pintunya tidak bisa terbuka, dewi berteriak meminta pertolongan namun tak ada seorangpun yang mendengar. Dewi mulai terisak karena ia takut akan terkurung diruangan itu semalaman, mana sekolah mereka terkesan angker. Dewi  terus saja berteriak, namun tak ada bantuan yang datang, ia pun mencari sesuatu yang dapat ia gunakan untuk membuka pintu. Ruang Alat yang Gelap karena hari sudah mulai malam, membuat dewi tidak dapat melihat apapun, ia juga lupa membawa handphonenya .
“Aaaaaaa,,Tolong...tolong..tolong.. “ teriak dewi. Saat dewi sedang duduk didepan pintu tiba-tiba ada tikus yang masuk didalam sepatunya. Dewi memang fobia sama tikus, keringat dingin membasahi tubuh Dewi, dia sangat ketakutan saat itu.
“hhaahahaha! Pasti itu cewek sekarang lagi nangis diruang alat yang gelap dan banyak tikusnya.” Kata Rajif sambil tertawa terbahak-bahak saat dalam perjalanan pulang sehabis latihan basket .  “Apa kata lo? Lo ngurung orang diruang alat! Cewek lagi,, wah gila lo.” Kata Dimas langsung menghentikan laju motornya. “ kenapa Kalian berhenti?”  tanya rangga yang mengikut dibelakang motor Dimas. “ Gak tau nih , tiba-tiba aja berhenti !” kata Rajif. “ Ini ni gue kaget dengar Rajif , ngerjain Orang pake dikunciin Diruang alat, ini kan dah malam mana ruang alat gak ada lampunya! “ kata dimas . “ oh, si Dewi, biarin aja lah Cewek galak gitu harus dikasi pelajaran!” Kata Rangga .” Apaaaa??? Jadi kalian berdua ngerjain Dewi..saraph lo berdua dia itu cewek tau, lo turun jif, gue mau balik kesekolah” kata Dimas Sambil memaksa rajif turun dari motornya, Dimas segera menghidupkan gas motornya . “Dim, gak usah biarin aja!” kata rajif “ ia Dim ngapain lo nolongin tuh cewek galak!” lanjut Rangga. Namun Dimas tidak lagi mempedulikan perkataan dua sahabatnya itu dan segera memacu motornya kembali ke sekolah.
“Wiii,, lo didalam??” kata Dimas saat tiba didepan ruang alat. Tak ada suara dari dalam ruangan Dimas langsung saja mendobrak pintu ruang alat setelah minta izin sama pak mamat terlebih dahulu. Benar saja dibalik pintu Dewi sudah terkulai lemas dilantai, “dia pingsan , Cepat angkat dia kerumah bapak.!” Kata pak mamat. Dimas segera membopong Dewi kerumah pak mamat yang berada dipojok sekolah.
 Setengah jam lebih Dewi tak sadarkan Diri. “aaa,,, toloooong!” jerit dewi saat sadar dan tanpa dewi sadari dewi memeluk Dimas yang Duduk menungguinya. “ lo dah aman kok wi,!” kata Dimas menenangkn. Dewi langsung melepaskan pelukannya ketika ia sadar bahwa orang yang ia peluk adalah Dimas. “ elo... lo ya yang ngerjain gue, lo yang ngunciin gue diruang alat kan?? Lo jahat banget Dim, gak lucu tau” kata Dewi sambil terisak. “ Wi, bukan gue sumpah!, Rajif dan Rangga tadi yang ngunciin lo!” kata Dimas membela diri. “ Tapi , mereka ngelakuin itu pasti elo yang nyuruh kan, lo emang jahat dim!” kata Dewi sambil memukul-mukul lengan Dimas . “ Bukan dimas kok yang nyuruh kita, maafin kita ya wi! Kita emang dah kelewatan ngerjain lo!” kata Rajif. Rajif dan rangga mengikuti Dimas tadi Dari belakang. “ ia wi, Kami minta maaf banget! Sebagai gantinya lo boleh ngelakuin apa aja deh, lo mau laporin kita ke guru , atau lo ambil deh uang jajan kita selama seminggu sebagai penganti rasa bersalah kita sama lo?” kata rangga. Rajif dan Rangga memang merasa sangat bersalah, apalagi pas liat dewi dalam keadaan pingsan .
            “ emang keterlaluan kalian berdua, gue hampir mati ketakutan tau mana banyak tikusnya lagi itu ruangan.” Kata Dewi masih kesal. Suasana menjadi hening karena Rajif dan Rangga tak dapat mengatakan apa-apa lagi, Dimas juga terdiam . “ah nak Dewi udah sadar toh, Gimana mbak Dewi baik-baik aja kan? Tanya Pak mamat . “ ia pak, udah mendingan!” kata Dewi “ ini bapak bawain teh hangat diminum ya!, untung tadi ada mas Dimas yang cepet datang nolongin mbak dewi, kalau tidak bisa sampai pagi mbak dewi terkurung diruang alat!” kata pak mamat.
  Setelah berpamitan dengan pak mamat, Dewi diantar Dimas pulang. “ Maafin gue tadi dah nuduh lo, dan makasi ya lo dah nolongin gue untuk yang kedua kalinya.” Kata Dwi setelah tiba didepan rumahnya. “ ia, maafin sahabat-sahabat gue juga ya!” kata dimas .” dah malam nih , lo masuk gih pasti ortu lo dah nunggui  dari tadi. Gue sekalian mau pamit pulang!” kata Dimas. “ ia, sekali lagi makasi ia. “ kata dewi kemudian segera masuk kedalam rumahnya.
    Setelah kejadian itu, hubungan Dewi dan Dimas pun membaik, Rajif dan rangga juga udah nerima hukuman atas kejailan mereka, bukan Dewi yang ngelaporin mereka tapi mereka sendiri yang mengaku ke BK. Mereka juga bersedia mengganti rugi kerusakan pintu ruang alat. Dimas dan Dewi juga mulai jalan bareng sekarang, baik nonton atau ke toko buku bareng. “ Setelah gue pikir-pikir kayaknya gue kena karma deh,!” kata dewi pada eki dan sita saat jam istirahat dikantin sekolah. “Maksud lo?” tanya eki. “ Dulu gue benci sama dimas sampe ke ubun-ubun, tapi sekarang  perasaan gue jadi gak keruan tiap gue jalan atau lihat dia !” kata dewi sambil mengaduk-ngaduk baksonya. “whhaatt??” kata Sita dan Eki serentak. “ lo jalan ama Dimas?? Lo kok ga cerita wi kalau lo dah pasang bendera damai???”kata sita. “Ah , jangan bilang lo baikan ama Dimas gara-gara dia nolongin lo waktu dikerjain Rajif dan Rangga yang sahabat dia juga ????” lanjut eki. “ Ya, ampun Dewii, lo kok gampang banget sih terpengaruh ma tu cowok ??” tanya sita. “STOP... lo berdua dengarin gue dulu dong, Sejak kita berhenti serang-serangan ma kelompoknya Dimas , gue ngerasa ada sesuatu yang hilang. Trus kenapa kalau ketemu ama dia gue langsung jadi emosi karena gue mau nutupin perasaan gugup gue ketemu dia.”  Jelas dewi pada dua sahabatnya yang terbengong-bengong mendengar penjelasan dewi . “
            “ Ya ampun wi, gue gak nyangka banget! Lo kok baru cerita sekarang sih??” kata eki. “ trus gimana ama dimas nya?? Lo dah berapa kali jalan ama dia? Pa dia juga ngerasaain apa yang lo rasaain ke dia?” tanya sita dengan tampang serius. “gue juga gak tau perasaan dimas ke gue , gue juga baru 2 kali jalan ma dia, kebayang gak guys  betapa groginya gue??” kata dewi. “ Hmm,, tp tadi dia sms gue katanya entar sore, dia mau ngajak gue pameran seni, gue lupa apa namanya, katanya pameran seninya outdor dan dia punya dua tiket, katanya dari pada tiketnya kebuang , dia ngajakin gue dh??” kata dewi.    trus lo nerima ajakan dia?” tanya eki. “ belum gue  jawab, kan kita punya rencana buat shopingg malam ini,? Kata Dewi. “ah, Rencananya kita cancel aja dulu, lo harus jalan ama dia malam ini. Kali aja dia bakal nembak elo? Kata eki “ ia, kita tunda acara shoping2 kita demi kebahagian sahabat kita yang satu ini, lo juga mesti dandan yang cantik ya. Biar si Dimas kesemsem ma elo?” kata sita. “ hiii,, kalian emang sahabat terbaik gue, makasi guys” kata Dewi sambil memeluk kedua sahabatnya itu

Jam 07.30 pas Dimas datang menjemput Dewi, setelah berpamitan dengan kedua orang tua Dewi, mereka pun berangkat ke pameran. Kurang lebih hampir sejamman mereka berkeliling Dimas mengajak Dewi untuk makan malam dengannya. Mereka memilih sebuah tempat makan terdekat, sebuah restoran bergaya jepang. “Wi, ada yang aku mau omongin sama kamu!”  kata Dimas pelan.  Dewi merasa suasana restoran itu mendadak menjadi hening, baru kali ini pula Dimas ber-Aku kamu saat bicara dengan Dewi. “ ia, kamu mau ngomong apa?” tanya dewi manis. “ Kamu masih ingat bunga mawar merah di yang selalu muncul dimeja kamu selama seminggu??” tanya Dimas. Dewi pun sedikit terperanjat mendengar perkataan Dimas tadi,, “hhmm,, ia aku masih ingat, kamu kok tau bunga itu? Apa kamu... “ perkataan dewi terputus . “ia, itu aku yang menaruhnya. Wi !” kata Dimas sambil mengenggam tangan dewi, “ Wi, Aku sayang sama kamu, apa kamu mau jadi pacar aku??” kata Dimas. Jantung Dewi serasa mau copot mendengar pengakuan Dimas, ingin rasanya dewi berteriak setelah mendengar Dimas ternyata juga menyukainya. “ aaa,,, kamu gak bercanda kan Dim?? Kata Dewi sedikit gagap karena masih shock “ aku serius wi, Semenjak kita berhenti serang-serangan , aku ngerasa ada yang hilang, aku selalu mikirin kamu” dimas berhenti sejenak untuk menarik napas “ gimana wi, kamu mau nerima aku atau tidak?? Tanya Dimas. “hmm,,, aku sebenernya juga sayang sama kamu dim, tapi aku gak bakal nerima kamu,,..  wajah dimas langsung berubah masam mendengar perkataan Dewi.. “ tapi aku gak bakal nerima kamu, kalau kamu ngebiarin aku kelaparan dengan hanya melihat makanan yang udah disiapin ini!!” kaata Dewi dengan senyum sumringah. “apaa,, hahahaha jadi kamu nerima aku, maksih wi,,,!” kata Dimas  saking senangnya....
***
  
Jumat, 17 Juni 2011 | By: Cempaka ceria

Together with Exactlicious

hm,kami exactlicious kalau gak ada guru senengnya foto bareng smbil ngerumpi, entah itu masalah pelajaran atau apapun ...

ada juga yang suka iseng ,, kayak gini
Setiap hari jumat kami rutin melakukan kerja bakti ... nah saat kerja, sempat2 juga yang iseng buat ngefoto ank2 yng lagi membersihkan...






nah , teman-temanku semuanya rajin-rajin kan, tp ttp axis lw dh urusan foto.!!...
semua ini akan aku kenang selalu dalam kebersamaan ku setahun bersama-sama di exactlicious..
Kamis, 26 Mei 2011 | By: Cempaka ceria

Exactclicious Art Maker

Semua karya seni  kami dah jadi tadi pagi, nah karena lagi iseng aja kami foto-foto bareng kayak gini/..





pada axis ya na exactclicious....:-)

Karya Seni ImutQ...

akhir semester ini, kami dapat tugas buat kerajinan dari bahan bekas, .. Dalam waktu 4 minggu kami harus menyelesaikan semua tugas tersebut... wadugh kebayang kan gmana repotnya, belum lagi tugas yang lain, tapi kami tetap semangat mengerjakannya. walaupun harus begadang semalam suntuk ^-^
  setelah 4 minggu berlalu, akhirnya aku berhasil membuat 3 kerajinan tersebut,,,
yg pertama
1. BANTAL IMUT DARI KAIN PERCA..
 nie dia




2. 3D origami (BURHAN alias Burung Hantu)
nie dia


3. BINGKAI FOTO DARI KARTON
nie dia
hahahahaha,,, imut2 khan semua :# narsis..
Sabtu, 21 Mei 2011 | By: Cempaka ceria

Hari yang menyedihkan

Pengumuman osn hr ini udah tersebar d fb,,, kejadian hari ini sama dengan kejadian 5 bulan yg lalu, perasaan sedih bercampur aduk dengan kecewa. hampir setahun aku belajar dibidang inii, tapi belum menemukan hasil yang memuaskan,, humm, tahun depan kita tidak lagi bergelut dengan osn lg ,, tidak ada lagi kesempatan kedua.. tahun depan kita sudah terfokus dengan UAN dan SMPTN.. semangat pude' :-)
Kamis, 19 Mei 2011 | By: Cempaka ceria

The Great experience

Minggu lalu,, tepatnya tanggal 15 mei , pukul 06.30 pagi , kami berkumpul disekolah dalam rangka mau naek ke gunung,, alia HIKING... ini pengalaman pertama ku hiking,,setelah menyiapkan segala keperluan kami berkumpul dsekolah,, kayak gini
setelah semuanya ngumpul, kami pun naik kendaraan umum ketempat start untuk hiking,, kendaraan umum dikotaku namanya pete-pete.. hhe,, perjalanan menuju gunung KAMBO, tempat kami akan hiking wadugh gila berkelok-kelok,, pada ricuh jadinya dalam angkot ,,,
tuh kan walau lagi diangkot tetep aja temen2 pada axis ,,, alias narsis,, haha inilah kami anak EXACTCLICIOUS,, dmana-mana arus ttep axis.. mw start pun foto2 lagi kayak gini



hmmm,,, awalnya kami berangkt ke TKP dengan semangat berkibar.. tapi pas dah liat tkpnya wadugh jadi ngedrop.. bayangin aja yah ,, itu pendakiannya terjal,, adugh pegel 2,,, pokoknya ,, tapi tetep namanya juga exactclicious walau halangan mnantang ttp ceria dong ,, kayak gini













itu dia , pas kita lagi dijalan,, adugh tau gak kita tuh termasuk kelompok cewek yang paling semangat kayaknya,soalnya ya, sepanjang perjalanan kami udah ngelewatin 3 kelompok,  ttp smngt walau keringat membasahi seluruh tubuh,,, hahaha,,  selama 4 jam kami tempuh melewati banyak rntangan ,,, pendakian yg super,, penurunan yang terjal juga,, wadugh gini dah jadinya pas dah dapet istirahat




nah,, ini waktu kami istirahat disebuah mesjid diatas gunung,, melepas lelah sambil menunggu makanan kami datang,, hm lelah luar biasa pokoknya... tapi tetap in adalah pengalaman terbaikku... bersambung!!!!
Senin, 02 Mei 2011 | By: Cempaka ceria

Salah Paham

SALAH PAHAM
Ø  NAMA PEMAIN
*      Aninda Nurul Hadijah                        : Ija(siswi)
*      Amelia Chelsea                       :Amel (siswi )
*      Didimus Pasira                        : Pak Didi (guru)
*      Noermansyah                          : Anca (siswa)
*      Putu Devi Cahyani                  : Devi  (siswi)
*      Vivi Hardianti H.                    : Vivi (siswi)
Suasana Kelas tampak begitu sepi, hanya terlihat dua orang siswa yang sedang asyik membaca buku.
Vivi     : “Anca buku apa ko baca?” (dengan ekspresi yang sangat lugu).
Anca    : “ Buku apa maumu?”( sambil memandang kearah vivi)
Vivi     : “ eh.. eh..eh.. ditanya malah bertanya lagi.”
Anca    : “ Buku matematik,  kenapa i kah??.”
Vivi     : “Mana coba ku liat i kade e...!.”(sambil  duduk disamping anca).
Tiba- tiba datanglah devi dan ija lalu mendekati anca dan vivi.
Ija        : “ Wwee, kau orang dua apa ko bikin berdua-duaan disini,  orang istirahat eh kau dua
               orang malah pacaran disini!.”(sambil memandang sinis kearah vivi dan anca)
Devi    : “Iyo, mentong ini dua orang, baku bawa terus hah.. kayak prangko saja dengan
               surat,,!!.”
Vivi     : “ Tidaaaaakkkk,,, tidak begitu!.”(dengan nada memelas)
Ija        : “Mengaku mi ko saja, alasan lagi??.”(sedikit memaksa).
Anca    : “Awweeehh betul ka’,  astagaaaa,, ndak ada hubungan apa- apa kak  sama vivi,
               belajar jie kak sama- sama disini!.”
Devi    : “Banyak sekali alasanmu dua orang,,mengaku ko saja! Sa lapor kau nanti bilang
                pacaran dalam kelas.”(dengan nada mengancam)
Ija        : “ Ndak pernah ko kah baca itu peraturan, besar-besarnya ditempel dikelas..”(sambil   
                 menunjuk kearah tulisan tata tertib yang menempel di dinding).
Devi    : “Mana ku bacakan ini anak, siswa dilarang keras berduaan dengan lawan jenis dikelas,..”(membacakan tatib yang tertempel di dinding)
 Ija       : “ Hemmm,mu dengar mie kah?  aih abis ko dua orang, tunggu mie sa lapor ko sama
                pak Didi..(menujuk ke arah vivi dan anca).
Vivi     : “Beh jangko begitu,, ndak mu kasihani kak kah,,!!”(nada memelas)
Anca    : “ Fitnah  ko namanya itu kalau mu lapor kie.. berdosa kau itu!! Betulan kak, aweh
                serius kak!.”(berdiri dari duduknya, dan mulai terpancing emosi).
Vivi     : “ Masuk neraka ko itu, betulan kak, na bilangi ka begitu nenekku.”(nada polos)
 Ditengah pembicaraan mereka, kemudian datanglah Amel menghampiri mereka. Amel juga teman sekelas mereka dan sekaligus sahabat vivi. Vivi dan anca memang dikenal sebagai siswa berprestasi di sekolah mereka, namun vivi dan anca tidak banyak bergaul dengan teman-temannya. Mereka biasa menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan atau di dalam kelas dengan membaca buku. Karena sifat mereka yang tertutup inilah yang membuat mereka kurang disukai oleh teman-teman sekelasnya.
Amel   :”Kenapa ini ribut-ribut?”
Ija        : “ Ini e,orang dua ku dapat berduaan dikelas na padahal dilarang kie begitu!”
Devi    : “Iyo, mau ki pergi lapor i di pak didi ,, sekalian masuk bk i berdua!”
Amel   : “ Bi tawwa ,, tidak pacaran jie toda’ !”
Ija        : “ Kenapa kau bela-bela ini dua orang, mau ko kah jadi pahlawan?.”
Devi    : “ Ioo,, mau ko jadi jagoan kah?? Apa juga dasarmu bela ini dua orang coba!”
Amel   : “ Na tidak salah memang i, kenapa ko kah ganggu terus ini dua orang, ah cemburu
                 ini eee...”(menatap tajam ija dan devi)
Ija        : “Astaga, pilihan terakhir mi kapang kalau mau ki suka sama anca,.”(mulai emosi )
Amel   : “ Trus kenapa ko paeng  tidak suka sekali liat ini anak berduaan!”(sama emosinya)
Devi    : “Kita toh cuman mau itu peraturan ditaati, bukan dilanggar.”
Anca    : “Eh, ko pikir peraturan apa yang sa langgar kah??.”(sambil memukul meja karena marah)
Ija        : “ Yah tidak sadar ko kah kalau berdua-duaan sama lawan jenis dikelas saat jam istirahat itu, dilarang!!..”
Devi    : “ Iyo, dilarang Keraass!”
Vivi     : “ Kan mau ji ka’ tadi liat apa yang di pelajari sama anca.”(nada memelas)
Amel   : “ Tidak ko dengar itu,, hmmm kau itu berdua memfitnah saja..!!!.”
Devi    : “ Eh mulutmu harimaumu, sembarang bang  menuduh ini e!”
Amel   : “ Eh tidak menuduh sembarang kak, karena tidak betul  memang itu tawwa yang ko
                 bilang!.”
Ija        : “Kau itu di’, cari ribut betul ko, baru datang mette-mette, sotta-sotta lagi..!!”
Amel   : “ Yah apa yang sa bilang memang betul nah,, kau jie yang dari tadi fitnah orang,
                 mau lagi pergi  melapor salah-salah!”
Devi    : “Apa kah maumu???” (mendorong amel)
Amel   : “ Jangan ko memfitnah ,!!”(balas mendorong)
Suasana semakin panas, ketika hampir saja amel dan devi berkelahi, tiba- tiba lewatlah pak didi didepan kelas. Pak didi, lengkapnya Didimus pasira S.Pd. adalah salah seorang guru disekolah mereka, beliau dikenal sebagai seorang guru killer. Dengan membawa sebuah mistar panjang dan memengang beberapa buah buku.
Didi     :  “ Kenapa kalian ribut-ribut. Ini sekolah bukan pasar, jadi jangan seenak hati kalian
  saja dalam  bertindak.”(masuk kedalam kelas dan memarahi siswa yang sedang     
  berkelahi).
Amel   : “ Maaf Pak, tapi mereka yang mulai duluan.”kata amel (menunjuk kearah devi dan
                 ija)
Devi dan ija: “ Bohong pak!.” ( mereka serempak.)
Amel   : “ Apanya yang bohong, memang kau yang tadi mau fitnah vivi sama anca !” (dengan
                 nada marah dan seolah tak mempedulikan bahwa pak guru ada di depan mereka).
Vivi     : “Ia pak, mau tadi di lapor salah-salah ki pak..”
Devi    : “Yah , na memang betul pacaran ko dua orang tadi dikelas.”(merasa terpojokkan)
Didi     : “ Apaa??” (memandang garang kearah vivi dan anca)
Vivi     : “Biii,, tidak kasian pak !”
Didi     : “Betulkah mereka  pacaran di dalam kelas?.” (nada emosi)
Ija dan devi: “ Ia, pak!”
Amel   : “Tidak pak, mereka cuma belajar bersama saja.”
Didi     : “ Apa betul vivi, anca kalian pacaran didalam kelas pada jam istirahat!!! Jawab
                 bapak dengan jujur.(sambil menatap tajam kearah anca dan vivi)
Anca, vivi Dan amel hanya diam tidak menyahuti perkataan pak didi.
Didi     : “Kalau sampai kalian benar – benar berdua-duaan di dalam kelas, itu berarti kalian
                sudah melanggar peraturan dan saya akan memberi kalian hukuman yang
                setimpal.”(memandang tajam kearah mereka)
Anca    : “ Kenapa ki  menuduh kayak  begitu pak...saya  tahu juga ji peraturan itu pak dan  
                 tidak mungkin saya  langgar.”
Devi    : “Bohong  kita pak, nyata-nyata ku  liat tadi 2 orang dalam kelas.”(nada menjatuhkan
                 lawan)
Anca    : “Nah memangnya kalau berdua dalam kelas sudah pasti pacaran????”
Devi    : “ Ya...memang tidak pasti pacaran ...tapi mereka berduaan sambil mesra-
                 Mesraaan pak.”(mulai berbohong)
Vivi     : “Mesra???? Dimana ka kodong mesra-mesraan???.”(main panik)
Ija        : “itu tadi dekat-dekatan duduk, nempel lagi!.” (ikut berbohong)
Anca    : “Astaga...dimana ka lagi nempel-nempel???perasaan dari tadi duduk di kursi
               masing-masing ji ki nah!.”
Devi    : “ Argh....mana ada???? Ku liat ko tadi mau pegang tangannya vivi”
Amel   : “ Bii,, fitnah tingkat tinggi sekali ini devi e..”
Ija        :“Kau toh baru datang, sotta lagi.. tidak ko liat jhe tadi.”
Didi     : “ Sudah, kau  semua diam. Saya  bingung sama kalian, sudah dewasa tapi kelakuan
 kalian masih kekanak-kanakan., sekarang bapak mau tanya sama vivi dan anca,   
 kenapa ko berdua-duaan didalam kelas?”
Anca    : “ Belajar sama- sama ji  ki tadi pak, bukan pacaran. Cuman Devi dan ija yang
                  menuduh  salah-salah  pak.”
Vivi     : “ ia kita pak, belajar bareng jie kie tadi, tidak lebih.. sumpah pak,.”(dengan wajah
                yang pucat )
Didi     : “ Ohh,, begitu kah. nah ija dan devi, sekarang kalian harus minta maaf sama
                  vivi,anca dan juga amel.”
Ija        : “ Tidak kasian pak. Na diliat sendiri tadi berdua-duan dikelas, apa coba na bikin
                  kalau bukan pacaran?”
Devi    : “Ia pak.” (mendukung ija )
Didi     : “ Apa kalian punya bukti, kalau mereka pacaran ?”
Ija        :” ahhh anu pak, saya liat ji tadi berdua-duaan i jadi saya kira mi pacaran”
Didi     :“ hmmm kalau begitu kalian ternyata salah paham, anca dan vivi hanya baca buku
                sama-sama kalian kira pacaran i”
Vivi     :” betul itu pak”
Didi     :” Sekarang  ija sama devi sebaiknya kalian mengaku karena saya rasa anca dan vivi
                sudah berkata jujur.”
Ija        :” Sebenarnya pak, kami cemburu melihat mereka karena  setiap ulangan pasti nilai
                mereka berdua yang paling tinggi.”
Devi    :” Iya pak, apalagi karena pas ulangan fisika dia ji yang tidak remedial”
Didi     :” hmmm semua sudah jelas mi  sekarang, kalian memang hanya mengada-ngada. Jadi
                sekarang saya minta kalian minta maaf sama anca dan vivi”
Ija        :” Hmmmm minta maaf ka pale kalo begitu”(terpaksa)
Amel   :” Tidak ikhlasnya minta maaf..!”
Devi    : “ Apa kah maumu?, Minta maaf ki salah, Bohong salah..!.”
Didi     : “ Ya sudah-sudah ,, bertengkar lagi.. !”(melerai pertengkaran mereka)
Vivi     : “ Ia, Teman-teman jangan mie kie berkelahi lagi bh ,,kan semua salah paham ji tadi
                 itu.”
Devi    : “ Ia peng , minta maaf kak vivi, anca, amel... sadar mie kak kalau salah kak tadi
                 sama ija.”(menjabat tangan Vivi,Amel dan Anca)
Ija        : “ Ia bah, minta maaf kak juga.”(Melakukan tindakan yang sama dengan devi)
Amel   : “ Ia, saya juga.”
Anca    : “ yah begitu ,, damai-damai... cinta damai tapi perang semakin ramai.”
Didi     : “ Nah begitu nak, kita sesama teman tidak boleh saling membenci dan saling
                  mencela apalagi memfitnah , karena itu sama  juga  jie dengan memakan daging
                  saudara sendiri.”
Anca    : “ Ia pak, apapun makanannya minumnya teh botol sosro...!”(sambil bercanda)
Didi     : “ Dasar anak sekarang diceramahi malah main-main. Kalau begitu kalian saya  
                 hukum semua karena ribut tadi.”(dengan garang)
Anca    : “ Jangan pak, maaf pak..!”
Ija        : “Ia pak, jangan mi bah mau ki nanti ulangan sudah ini!(nada memelas)
Didi     : “Ah, saya tidak mau tau. Lari keliling lapangan basket sepuluh kali sana. Sambil   
                 pungguti semua sampah yang berserakan di pinggir lapangan.”(dengan tegas)
Semuanya serentak bersujud dan berkata “ jangan mie kasian pak,!”
Vivi     : “ Janji kie pak tidak berkelahi mie ki kasian lagi pak.”
Devi    : “ia pak!”
Didi     : “Ia,, ia berdiri semua,,oke kalian tidak bapak hukum tapi kalian harus janji untuk
                tidak bertengkar lagi, ok??”
(semua serempak menjawab “ia pak!!!”.)
Keluarlah pak didi dari kelas,yang lain pun keluar dari kelas menuju kantin sekolah. Tinggallah anca dan vivi didalam kelas.
Anca    : “ jangan kie bilang yang sebenarnya di’ dinda, oke??”(mengacungkan jari kelingkingnya kearah vivi sambil mengedipkan satu matanya)
Vivi     : “ Ia,, tenang mi ki kanda...”(vivi membalas dengan tangan kelingkingnya melingkar ditangan anca)

**SELESAI**