Cinta & Benci
Emang Beda Tipis
Plak’ sebuah buku berhasil mendarat dengan sukses di kepala Dewi, dengan kesal Dewi mengambil dan melamparkan buku itu kembali pada pemiliknya,“Sialan loe, sakit tau!” gertak Dewi pada Dimas.
“Salah loe sendiri, jalan pake lewat depan kelas gue!” kata Dimas sambil berjalan meninggalkan dewi yang masih terlihat kesakitan sambil memegangi kepalanya. “Eh monyet, emang loe pikir ini sekolahan punya nenek moyang lo apa, gue mau lewat dimana juga urusan gue” kata Dewi yang tak sanggup lagi menahan emosinya, tapi semua tampak sia-sia karena Dimas sama sekali tak membalas makiannya.
Dimas dan Dewi telah lama saling mengenal karena mereka selalu satu sekolahan dari SD sampai SMA, namun anehnya mereka tidak pernah akur satu sama lainnya. Dimana pun mereka bertemu pasti ada perkelahian atau sekedar adu mulut. Sita dan Eki sahabat Dewi sudah sangat mengerti akan keadaan yang baru saja mereka lihat, maka tak heran apabila mereka sedang bersama Dewi mereka pasti menghindarkan Dewi dari tempat dimana Dimas berada.
Tinggg,,,tingg...ting...
Bel tanda masuk berbunyi. Masih dengan tampang kesal Dewi melangkah bersama Sita dan Eki menuju kelas mereka. “Sial kita jadi gak sempat jajan deh, gara-gara tu monyet sialan! “ kata Dewi ketika baru saja duduk dibangkunya.
“Ih, salah io juga kali Wi’ pake marah-marah segala!” kata Sita. “Wajar dong gue marah, abis dia nimpukan kepala gue seenaknya aja, kan sakit”.
“Udah-udah kalian berdua kok malah jadi berantem, bentar lagi pak Jarmin masuk loh,” kata Eki mengingatkan kedua sahabatnya.
Pak jarmin adalah guru matematika disekolah mereka. Guru ini sangat disegani dan ditakuti oleh siswa disekolah mereka, ia juga dikenal dengan guru seribu rumus. Setiap siswa yang diajari olehnya pasti tak akan pernah lepas dari remedial kalau si siswa belum memahami materi secara mendalam. Tidak heran alasan yg paling sering ditemukan apabila siswa telat pulang dari sekolah adalah Remedial matematika. Dewi, Sita dan Eki termasuk dalam daftar siswa yang juga menjadi langganan remedial pak Jarmin setiap hari jumat. Walaupun dewi, Sita, Eki,dan teman-temannya yg lain adalah siswa dari kelas unggulan tetap saja mereka jarang sekali lolos dari ujian pak Jarmin. Perbedaan taraf kesulitan soal dikelas unggulan dan kelas biasa adalah salah satu penyebab mereka sering remedial pada pelajaran matematika.
“Aduh, ia gue baru inget hari ini kan kita bakalan dibagiin hasil ulangan minggu lalu kan? waduh mampus gue, feeling gue pasti reme deh, abis gue sama sekali gak ngerti sama materinya mana remedialnya langsung entar sore dan diperparah gue belum mempersiapkan diri alias belum belajar, aduh abis deh gue guys,” kata dewi panik.“Tenang aja wi, belum tentu juga kan lo beneran reme, kalau lo panik kayak gitu entar apa yang lo pikirin jadi kenyataan lo!” kata Eki. “Bener tu Wi kata si Eki, lo gak usah panik gitu”. Beberapa saat kemudian pak Jarmin pun datang sambil membawa kertas ulangan. Benar saja dugaan Dewi, dia remedial kali ini. Nilainya kurang 10 poin untuk mencapai nilai standar 75.“Tuh kan guys gue reme, loe berdua gimana?” tanya Dewi pada dua sohibnya itu.
“Gue dapat nilai pas 75 jd gak kena bencana!” kata Eki sambil memperlihatkan nilainya pada Dewi. “ Hah..!! gue dapet 85 guys..!! huuu senang banget deh rasanya, gak nyangka gue,” kata Sita sambil bersorak senang.
“Aduh, gue entar pulang sendiri dong , kan gue harus reme dulu, kalian mau nungguin gue gak?? Please guys...” bujuk dewi . “aduh maafin gue wi, gue kan harus les jam 3 nanti, gmana dong? Lo ki’ lo aja yg nemenin dewi..” kata sita pada dewi. Yah lo kan tau ntar sore jadwal gue latihan karate kan?? Mana udah dua kali gak masuk karena nemenin kalian shoping waktu itu! Gue dh gak bisa isin lagi,..!”. akhirnya dewi harus remedial tanpa ditunggui oleh eki dan sita. Waktu menunjukan pukul 4.30, tapi dewi belum selesai mengerjakan soal nya, sementara teman-temannya yg lain sudah mulai meninggalkan ruangan. Langit tampak begitu mendung dan hujan pun mulai turun saat dewi telah menyelesaikan remedialnya. Suasana sekolah yang sudah sepi, membuat dewi bergegas membereskan barang-barangnya.
Hujan turun begitu lebat, dan keadaan ini memaksakan dewi untu berteduh di post satpam depan sekolah. Dewi kali ini mulai pasrah dengan keadaan ia pun berjalan menembuh hujan dan mencari kendaraan didepan gerbang sekolah, dan sialnya lagi tak ada satupun kendaraan yang lewat. Namun tak lama kemudian seseorang datang. “wi, ngapain lo disini hujan-hujanan,? Ah gak waras ni anak.!” Kata dimas saat menghentikan motornya tepat dihadapan dewi. “ eh, monyet enak aja lo ngatain gue gak waras, lo tuh yang sarap datang trus ngatain orang gak waras” jawab dewi sambil berjalan meninggalkan dimas. “ lo mau pulang kan, sini gue anterin gini-gini gue masih punya perasaan lo! Gak tega gue liat cewek jelek kayak lo hujan-hujan nungguin angkot!” sambung dimas sambil mengikuti dewi dari belakang. “gak usah, gue gak mau hutang budi ama cwok kayak lo!” kata dewi dengan nada kesal. Krittt,,, bunyi ban motor dimas yang berdenyit saat berbelok tepat didepan dewi “ udah deh, naik cepetan sebelum lo beneran sakit kehujanan kayak gini, nih pake jaket gue biar gak tambah kebasahan” kata dimas sambil memberikan jaketnya pada dewi. Kali ini dewi sudah gak bisa menolak karena ia memang merasa mulai kedinginan. “jaketnya lo aja yang pake , gue udah terlanjur basah juga kok” kata dewi mulai melunak sambil memberikan jaket dimas kembali. “ lo aja yang pake, gak usah mikirin gue dan cepetan naik deh!” dimas memakaikan jaketnya pada dewi .
Sepanjang perjalanan dewi berpikir keras, kenapa dimas mau nolongin dia? Beribu alasan baik negatif maupun positif berloncat-loncatan dalam benak dewi. Hujan yang bertambah deras membuat mereka benar-benar tidak bisa melanjutkan perjalanan. Akhirnya mereka berhenti disebuah halte bus untuk beteduh. Dewi tampak begitu pucat dan kedinginan karena kehujanan dari tadi. Ia terlihat mulai sesak napas. “lo kenapa wi? Muka lo ko pucat gitu? lo juga kayak lagi sesak napas ya?” tanya dimas dengan raut wajah khawatir. “ngak, stst (dengan tersengal-sengal ) gue ngak apa-apa ko!” kata dewi sambil terus berusaha mengatur nafasnya. “gimana gak knapa-napa, aduh lo ya . tunggu disini jangan kemana –mana gue kewarung seberang dulu.” Beberapa saat kemudian dimas datang membawa minyak angin. “ni gue bawain lo minyak angin, lo pake gih buat menghangatkan badan” kata dimas. “ makasi ya dim,” kata dewi pelan. Lebih dari 10 menit mereka berteduh dan hujan pun mulai reda. Mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang. “ makasi banyak ya dim,” kata dewi dan bergegas masuk ke dalam rumahnya.
Malam harinya dewi sama sekali tak bisa memejamkan matanya, bukan hanya karena asmanya sedang kambuh akibat kedinginan, melainkan ia terbayang-bayang dengan tingkah dimas sore tadi. Dewi masih tak habis pikir mengapa dimas mau menolongnya, sampai memberikan jaket itu padanya. Padahal dewi dan dimas sudah lama tak saling bicara. Dulu waktu Dewi dan Dimas masih disekolah dasar mereka adalah sepasang sahabat karib, namun karena kesalahpahaman mereka akhirnya menjadi rival, hingga sekarang .
Keesokan harinya, seseorang datang kekelas dewi, “ dewi ada gak?” tanya dimas pada salah seorang teman dewi . “ dewi gak masuk, kata si eki dia sakit!”, mengetahui hal itu dimas jadi khawatir. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah dewi sepulang sekolah. Dimas berhenti tidak jauh dari rumah dewi, dimas tak masuk kedalam rumah melainkan hanya memperhatikan gerak-gerik orang dirumah dewi . Tak lama kemudian dewi dan ibunya keluar dari dalam rumah dan segera masuk kemobil. Dari jauh dimas dapat melihat wajah dewi yang nampak pucat.
Dimas baru menyadari bahwa selama ini ia tidak benar-benar benci pada dewi. Dimas selalu khawatir apabila melihat Dewi sakit. Contohnya saja saat upacara bendera Dewi pingsan dan Dimas segera berlari untuk menolong Dewi yang telah jatuh tersungkur di lapangan. Dimas tidak peduli bahwa saat itu ia sedang bertugas sebagai pemimpin upacara, dan seluruh pasang mata memandangnya. Dimas langsung membopong Dewi ke UKS dan meninggalkan lapangan upacara. Namun belum Sempat Dimas tiba di UKS , kak Tirta tiba-tiba datang dan menyuruh Dimas kembali ketengah lapangan upacara. Dimas mematuhinya karena ia baru sadar bahwa ia sedang bertugas menjadi pemimpin upacara. Selama ini Dimas juga kerap kali memperhatikan aktifitas dewi disekolah, tentu saja tanpa diketahui oleh Dewi. Namun tiap kali mereka bertemu yang terjadi bukanlah keakraban namun hanya menuai pertengkaran .
" Dewiiii,,,, lo dah sehat baby??" kata sita histeris saat melihat Dewi sudah masuk sekolah lagi, " ia Wi, lo dah baikan?? " sambung eki. " ia , gue udah gak apa-apa kok! kalian kangen ia ama gue??" Kata dewi sambil berjalan menuju tempat duduknya. saat dewi hendak menyimpan tasnya kedalam laci , ia terkejut ketika mendapati setangkai mawar merah dalam laci mejanya. " eki,sita.. kalian yah yang naro bunga ini di laci gue??" tanya dewi kepada kedua temannya. "gak kok, bukan kita. Kita berdua juga baru aja nyampe. " kata sita." coba lo baca kartunya dh ! sapa tau aja ada nama pengirimnya? Lanjut sita. Didalam kartu tersebut tak tertulis nama pengirimnya, yang ada hanyalah inisial nama pengirimnya, “Disini cuman ada inisial nama pengirimnya ‘d’ siapa ya??” kata Dewi.
“ D, hmm bisa Dodi, aatau Dion anak basket , atau Danu ketua Osis, atau...!” eki berhenti dan tiba-tiba berkata “ atau Dimas!!!”. “ haaaaaaa....gak mungkin” kata Dewi dan sita serempak. Ya ampun eki, lo tuh ya ada-ada aja, gak mungkin monyet itu lah?? Sebelum bumi ini remuk diijak semut gue ama Dimas gak akan damai, dan lo juga tau kan kalau Dimas gak bakalan ngasih bunga kayak gini!!” Dewi berkata sambil kembali ketempat duduknya. Sepanjang pelajaran dewi sama sekali gak konsentrasi mengikuti pelajaran, yang ia pikirkan hanyalah siapa yang memberinya bunga, sampai jam pelajaran selesaipun tak ada satupun materi yang nyangkut diotak dewi. Tak heran dewi terus saja memikirkan hal ini, selama SMA ia belum pernah pacaran dan ia juga belum pernah mendengar seorang pria menyatakan isi hati padanya. Dewi juga tidak tau apa penyebabnya mengapa cowok-cowok disekolahnya tak ada yang tertarik padanya. Padahal secara fisik Dewi adalah gadis yang cukup memikat, dan jika dilihat dari kemampuan intelektual Dewi termasuk siswi yang cerdas disekolahnya. Ia sekarang berada dikelas unggulan.
Keesokan harinya , Dewi kembali mendapatkan sekuntum mawar dilacinya. Begitu juga dengan hari-hari berikutnya, karena penasaran dewi pun memutuskan untuk datang kesekolah lebih awal dan bersembunyi dibalik meja guru, agar ia dapat mengetahui siapa orang yang telah mengiriminya bunga selama ini. Lama menunggu tak ada seorang pun yang muncul kecuali teman sekelasnya yang mulai berdatangan. “aduh , gue jadi makin penasaran nih ?? hari ini tuh orang gak datang lagi buat ngasi bunga ,,, apa jangan-jangan dia tau ya kalau gue dah nungguin dia, dan bermaksud untuk menangkap basah orang itu” kata Dewi pada teman-temannya dikantin pada jam istirahat..
Prangg...rrhggg...rggg.
Mangkuk bakso yang dibawa dewi jatuh kelantai dan pecah berkeping-keping. “ ahhh,, sial kalau jalan pake mata dong” kata dimas dengan nada emosi sambil mengelap bajunya yang tersiram bakso. “ eh gue yang mestinya ngomong gitu, udah tau ada orang didepannya malah nabrak aja..!!” kata dewi membela diri. “ arrrgtt coba lo bukan cewek!!” dimas beranjak dari kantin dengan perasaan kesal.
“wah Dim, tumben lo sabar gitu ama si Dewi” kata rajif sahabat dimas. “ ia, lo kok lemah banget sih tadi udah kejatohan kuah bakso sebanyak itu, lo malah terima gitu aja! Cemen lo dim” rian datang sambil membawakan baju ganti buat Dimas. “ gue gak mau aja gue dicap sebagai cowok yang suka nyiksa cewek!” kata dimas santai. “ gimana kalau kita kerjain balik si dewi?” kata rajif dan rian . “males gue, dah cukup kali waktu kelah X kita ngerjain dia!” kata dimas. “ tumben lo nolak ngerjain dia,? Ah gue curiga ni sama lo Dim’ jangan-jangan lo ada feeling lagi sama Dewi??” kata rajif dengan tatapan curiga kepada Dimas . “ aapaan sih lo, ya udah kalau lo mau ngerjain Dewi, lakuin aja, tapi gue gak ikutan!”. Rajif dan rian heran melihat perubahan sikap Dimas semenjak mereka naik Kelas XI , Dimas gak pernah lagi mau ngerjain dewi , padahal waktu masih dikelas X , Kelompok Dimas dan Dewi selalu saling menyerang. Pernah sekali waktu kelas X, Dewi dikerjain ama Dimas sampe dia dihukum selama seminggu sama pak Jarmin. Waktu itu Dewi dan Dimas sama –sama duduk dikelas X b, pas jam istirahat pertama Dimas ngegeledah tas Dewi dan ngumpetin buku tugas Dewi. Nah ,sewaktu pak jarmin mengumpulkan buku tugas siswanya , hanya dewi yang tidak mengumpulkan tugasnya. Pak jarmin juga tidak mau mendengarkan alasan Dewi, ia menghukum dewi membersihkan kamar mandi sekolah selama satu minggu. Dewi pun juga kerap ngerjain dimas, mulai dari ngempesan ban Motor Dimas, ngegantung seragam Dimas ditiang Bendera sekolah sampai masukin majalah porno ke tasnya Dimas, nah kebayangkan pas majalah itu ditemuin ama guru BK yang lagi razia, Dimas disuruh lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali, ngebersihin WC siswa dan Guru selama seminggu.
Senin sore Dewi ada latihan lomba pidato bahasa inggris , dia juga latihan sampe hampir magrib. Saat Dewi hendak Pulang , ia disuruh sama bu jaenab buat masukin mik sama speaker ke ruang peralatan, nah saat itu rajif dan rangga lewat didepan ruat alat dan melihat dewi sedang mengatur barang-barang diatas meja munculah ide mereka untuk ngunciin dewi diruang alat. Betapa terkejutnya Dewi saat ia hendak keluar tapi pintunya tidak bisa terbuka, dewi berteriak meminta pertolongan namun tak ada seorangpun yang mendengar. Dewi mulai terisak karena ia takut akan terkurung diruangan itu semalaman, mana sekolah mereka terkesan angker. Dewi terus saja berteriak, namun tak ada bantuan yang datang, ia pun mencari sesuatu yang dapat ia gunakan untuk membuka pintu. Ruang Alat yang Gelap karena hari sudah mulai malam, membuat dewi tidak dapat melihat apapun, ia juga lupa membawa handphonenya .
“Aaaaaaa,,Tolong...tolong..tolong.. “ teriak dewi. Saat dewi sedang duduk didepan pintu tiba-tiba ada tikus yang masuk didalam sepatunya. Dewi memang fobia sama tikus, keringat dingin membasahi tubuh Dewi, dia sangat ketakutan saat itu.
“hhaahahaha! Pasti itu cewek sekarang lagi nangis diruang alat yang gelap dan banyak tikusnya.” Kata Rajif sambil tertawa terbahak-bahak saat dalam perjalanan pulang sehabis latihan basket . “Apa kata lo? Lo ngurung orang diruang alat! Cewek lagi,, wah gila lo.” Kata Dimas langsung menghentikan laju motornya. “ kenapa Kalian berhenti?” tanya rangga yang mengikut dibelakang motor Dimas. “ Gak tau nih , tiba-tiba aja berhenti !” kata Rajif. “ Ini ni gue kaget dengar Rajif , ngerjain Orang pake dikunciin Diruang alat, ini kan dah malam mana ruang alat gak ada lampunya! “ kata dimas . “ oh, si Dewi, biarin aja lah Cewek galak gitu harus dikasi pelajaran!” Kata Rangga .” Apaaaa??? Jadi kalian berdua ngerjain Dewi..saraph lo berdua dia itu cewek tau, lo turun jif, gue mau balik kesekolah” kata Dimas Sambil memaksa rajif turun dari motornya, Dimas segera menghidupkan gas motornya . “Dim, gak usah biarin aja!” kata rajif “ ia Dim ngapain lo nolongin tuh cewek galak!” lanjut Rangga. Namun Dimas tidak lagi mempedulikan perkataan dua sahabatnya itu dan segera memacu motornya kembali ke sekolah.
“Wiii,, lo didalam??” kata Dimas saat tiba didepan ruang alat. Tak ada suara dari dalam ruangan Dimas langsung saja mendobrak pintu ruang alat setelah minta izin sama pak mamat terlebih dahulu. Benar saja dibalik pintu Dewi sudah terkulai lemas dilantai, “dia pingsan , Cepat angkat dia kerumah bapak.!” Kata pak mamat. Dimas segera membopong Dewi kerumah pak mamat yang berada dipojok sekolah.
Setengah jam lebih Dewi tak sadarkan Diri. “aaa,,, toloooong!” jerit dewi saat sadar dan tanpa dewi sadari dewi memeluk Dimas yang Duduk menungguinya. “ lo dah aman kok wi,!” kata Dimas menenangkn. Dewi langsung melepaskan pelukannya ketika ia sadar bahwa orang yang ia peluk adalah Dimas. “ elo... lo ya yang ngerjain gue, lo yang ngunciin gue diruang alat kan?? Lo jahat banget Dim, gak lucu tau” kata Dewi sambil terisak. “ Wi, bukan gue sumpah!, Rajif dan Rangga tadi yang ngunciin lo!” kata Dimas membela diri. “ Tapi , mereka ngelakuin itu pasti elo yang nyuruh kan, lo emang jahat dim!” kata Dewi sambil memukul-mukul lengan Dimas . “ Bukan dimas kok yang nyuruh kita, maafin kita ya wi! Kita emang dah kelewatan ngerjain lo!” kata Rajif. Rajif dan rangga mengikuti Dimas tadi Dari belakang. “ ia wi, Kami minta maaf banget! Sebagai gantinya lo boleh ngelakuin apa aja deh, lo mau laporin kita ke guru , atau lo ambil deh uang jajan kita selama seminggu sebagai penganti rasa bersalah kita sama lo?” kata rangga. Rajif dan Rangga memang merasa sangat bersalah, apalagi pas liat dewi dalam keadaan pingsan .
“ emang keterlaluan kalian berdua, gue hampir mati ketakutan tau mana banyak tikusnya lagi itu ruangan.” Kata Dewi masih kesal. Suasana menjadi hening karena Rajif dan Rangga tak dapat mengatakan apa-apa lagi, Dimas juga terdiam . “ah nak Dewi udah sadar toh, Gimana mbak Dewi baik-baik aja kan? Tanya Pak mamat . “ ia pak, udah mendingan!” kata Dewi “ ini bapak bawain teh hangat diminum ya!, untung tadi ada mas Dimas yang cepet datang nolongin mbak dewi, kalau tidak bisa sampai pagi mbak dewi terkurung diruang alat!” kata pak mamat.
Setelah berpamitan dengan pak mamat, Dewi diantar Dimas pulang. “ Maafin gue tadi dah nuduh lo, dan makasi ya lo dah nolongin gue untuk yang kedua kalinya.” Kata Dwi setelah tiba didepan rumahnya. “ ia, maafin sahabat-sahabat gue juga ya!” kata dimas .” dah malam nih , lo masuk gih pasti ortu lo dah nunggui dari tadi. Gue sekalian mau pamit pulang!” kata Dimas. “ ia, sekali lagi makasi ia. “ kata dewi kemudian segera masuk kedalam rumahnya.
Setelah kejadian itu, hubungan Dewi dan Dimas pun membaik, Rajif dan rangga juga udah nerima hukuman atas kejailan mereka, bukan Dewi yang ngelaporin mereka tapi mereka sendiri yang mengaku ke BK. Mereka juga bersedia mengganti rugi kerusakan pintu ruang alat. Dimas dan Dewi juga mulai jalan bareng sekarang, baik nonton atau ke toko buku bareng. “ Setelah gue pikir-pikir kayaknya gue kena karma deh,!” kata dewi pada eki dan sita saat jam istirahat dikantin sekolah. “Maksud lo?” tanya eki. “ Dulu gue benci sama dimas sampe ke ubun-ubun, tapi sekarang perasaan gue jadi gak keruan tiap gue jalan atau lihat dia !” kata dewi sambil mengaduk-ngaduk baksonya. “whhaatt??” kata Sita dan Eki serentak. “ lo jalan ama Dimas?? Lo kok ga cerita wi kalau lo dah pasang bendera damai???”kata sita. “Ah , jangan bilang lo baikan ama Dimas gara-gara dia nolongin lo waktu dikerjain Rajif dan Rangga yang sahabat dia juga ????” lanjut eki. “ Ya, ampun Dewii, lo kok gampang banget sih terpengaruh ma tu cowok ??” tanya sita. “STOP... lo berdua dengarin gue dulu dong, Sejak kita berhenti serang-serangan ma kelompoknya Dimas , gue ngerasa ada sesuatu yang hilang. Trus kenapa kalau ketemu ama dia gue langsung jadi emosi karena gue mau nutupin perasaan gugup gue ketemu dia.” Jelas dewi pada dua sahabatnya yang terbengong-bengong mendengar penjelasan dewi . “
“ Ya ampun wi, gue gak nyangka banget! Lo kok baru cerita sekarang sih??” kata eki. “ trus gimana ama dimas nya?? Lo dah berapa kali jalan ama dia? Pa dia juga ngerasaain apa yang lo rasaain ke dia?” tanya sita dengan tampang serius. “gue juga gak tau perasaan dimas ke gue , gue juga baru 2 kali jalan ma dia, kebayang gak guys betapa groginya gue??” kata dewi. “ Hmm,, tp tadi dia sms gue katanya entar sore, dia mau ngajak gue pameran seni, gue lupa apa namanya, katanya pameran seninya outdor dan dia punya dua tiket, katanya dari pada tiketnya kebuang , dia ngajakin gue dh??” kata dewi. “ trus lo nerima ajakan dia?” tanya eki. “ belum gue jawab, kan kita punya rencana buat shopingg malam ini,? Kata Dewi. “ah, Rencananya kita cancel aja dulu, lo harus jalan ama dia malam ini. Kali aja dia bakal nembak elo? Kata eki “ ia, kita tunda acara shoping2 kita demi kebahagian sahabat kita yang satu ini, lo juga mesti dandan yang cantik ya. Biar si Dimas kesemsem ma elo?” kata sita. “ hiii,, kalian emang sahabat terbaik gue, makasi guys” kata Dewi sambil memeluk kedua sahabatnya itu
Jam 07.30 pas Dimas datang menjemput Dewi, setelah berpamitan dengan kedua orang tua Dewi, mereka pun berangkat ke pameran. Kurang lebih hampir sejamman mereka berkeliling Dimas mengajak Dewi untuk makan malam dengannya. Mereka memilih sebuah tempat makan terdekat, sebuah restoran bergaya jepang. “Wi, ada yang aku mau omongin sama kamu!” kata Dimas pelan. Dewi merasa suasana restoran itu mendadak menjadi hening, baru kali ini pula Dimas ber-Aku kamu saat bicara dengan Dewi. “ ia, kamu mau ngomong apa?” tanya dewi manis. “ Kamu masih ingat bunga mawar merah di yang selalu muncul dimeja kamu selama seminggu??” tanya Dimas. Dewi pun sedikit terperanjat mendengar perkataan Dimas tadi,, “hhmm,, ia aku masih ingat, kamu kok tau bunga itu? Apa kamu... “ perkataan dewi terputus . “ia, itu aku yang menaruhnya. Wi !” kata Dimas sambil mengenggam tangan dewi, “ Wi, Aku sayang sama kamu, apa kamu mau jadi pacar aku??” kata Dimas. Jantung Dewi serasa mau copot mendengar pengakuan Dimas, ingin rasanya dewi berteriak setelah mendengar Dimas ternyata juga menyukainya. “ aaa,,, kamu gak bercanda kan Dim?? Kata Dewi sedikit gagap karena masih shock “ aku serius wi, Semenjak kita berhenti serang-serangan , aku ngerasa ada yang hilang, aku selalu mikirin kamu” dimas berhenti sejenak untuk menarik napas “ gimana wi, kamu mau nerima aku atau tidak?? Tanya Dimas. “hmm,,, aku sebenernya juga sayang sama kamu dim, tapi aku gak bakal nerima kamu,,.. wajah dimas langsung berubah masam mendengar perkataan Dewi.. “ tapi aku gak bakal nerima kamu, kalau kamu ngebiarin aku kelaparan dengan hanya melihat makanan yang udah disiapin ini!!” kaata Dewi dengan senyum sumringah. “apaa,, hahahaha jadi kamu nerima aku, maksih wi,,,!” kata Dimas saking senangnya....
***
0 komentar:
Posting Komentar