NAMA PEMAIN :
1. A. Chaerunnisyah : Kak Nisa (Tentor Bimbel)
2. Agnes Toding : Agnes (Siswi)
3. Aninda Nurul Hadijah : Ija (Siswi)
4. Aswin Yusuf : Aswin (Siswa)
5. Diah Setiawati Hanidar : Diah (Siswi)
6. Putu Devi Cahyani : Pude (Siswi)
7. Ria Astriana A.S. : Riri (Siswi)
8. Riska Pratiwi Herman : Riska (Siswi)
9. Valdo Inja : Valdo (Siswa)
10. Viktoriana Mangambe : Ria (Siswi)
FIGURAN
1. Ainul Yaqin : Ainul (Ayah Valdo)
2. Musa Barana’ Lande : Musa (Siswa / pacar diah)
3. Sulham : Sulham (Pengantar surat,)
SCENE 1
Part 1 : Aswin sedang duduk sendirian di ruang bimbel, sambil belajar fisika dengan buku yang tebalnya melebihi kamus serta menggigit-gigit pulpennya.
Part 2 : Tiba-tiba lampu mendadak mati-nyala. Aswin pun gemetar sambil menggaruk-garuk kepalanya. Beberapa saat kemudian, lampu kembali menyala dengan normal. Aswin pun bercermin sejenak untuk menghilangkan rasa takutnya. Tetapi, tiba-tiba ada seseorang muncul dari belakangnya, dan siap memukulnya. Lampu pun kembali mati dan terdengar bunyi hantaman.
SCENE 2
1 bulan menjelang ujian nasional, seorang pengantar surat bersepeda ontel memasuki gerbang. Ia datang mengantar surat untuk para siswa yang mengikuti bimbel. Tentor pun keluar ruangan dan mengambil surat tersebut, lalu kembali masuk ke ruangan.
Tentor : “Adik-adik sekalian, di tangan kakak sudah ada surat pengumuman hasil bebas tes kalian! Sekarang kakak akan bagikan!”
Semua : “Yeaahhhh..........! Ayo.....cepat Kak!” (berteriak dan membuat gaduh ruangan)
Tentor pun membagikan surat tersebut. Para siswa pun menerima surat dengan perasaan takut, khawatir, dan gelisah. Mereka benar-benar penasaran dengan hasil tes mereka.
Tentor : “Baiklah adik-adik, mari kita buka amplopnya bersama-sama! Satu.....dua......tigaaaa........!!!” (siswa dengan serentak membuka amplopnya dan membaca suratnya)
Aswin : “Yess......saya lulus! (berteriak)
Pude : “Asyik......aku juga lulus!”
Aswin : “Pasti nilai kamu di bawah aku kan? Heh....gak usah dijawab! Udah pasti iya!” (meninggalkan Pude)
Pude : “Sombong banget tuh anak!” (melihat Aswin dengan sinis)
Diah : “Sabar aja De! Tuh anak emang udah kaya gitu dari zaman purbakala!” (mengelus punggung Pude)
Riri : “Iya tuh! Belagu banget tuh Aswin! Palingan juga nilainya masih di bawah gue!” (mendekati Pude)
Pude : “Pede banget loe! Sama aja loe kaya Aswin!”
Riri : “Bercanda kaleee De!”
Pude : “Huh.....gue cuma bisa berharap di kehidupan yang berikutnya, gue lebih pintar daripada Aswin!” (menunjukkan sikap berdoa)
Diah : “Mimpi kali yeehh.....! Itu mah gak mungkin! Biar kamu lahir 1000 kali juga, kemampuan otakmu gak akan sama ma aswin!”
Semua siswa masing-masing menunjukkan ekspresinya kegembiraannya. Terkecuali dengan Valdo yang hanya berdiam diri dan asyik menyaksikan teman-temannya yang melompat kegirangan. Ria yang melihat Valdo, langsung mendekatinya.
Ria : “Gimana hasil ujian kamu?”
Valdo : “Aku belum baca! Aku ingin ayahku saja yang pertama membuka dan membacanya!”
Ria : “Kira-kira, kamu lulus gak?”
Valdo : “Pastinya!”
Riska : “Ciekh......pede banget! Kalo gak lulus, gimana hayo?” (memasang tampang mengejek)
Ija : “Jangan gitu donk! Mestinya kita berdoa biar semuanya lulus!”
Agnes : “Apaan sih......gitu aja dibahas! Gak pentingggg......!!!” (meninggalkan mereka)
Valdo : “Tuh anak jutek banget yah!”
Ija : “Eh.....gak boleh gitu ,dia tuh kan sahabat kita juga ! Walaupun jutek, dia baik kok!”
Valdo : “Terserah......!”(menuju ke tempat duduknya )
Tentor : “Yah adik-adik, pertemuan kita hari ini cukup sekian! Sampai jumpa besok!”
Semua siswa pun bersiap-siap untuk meninggalkan tempat bimbel. Valdo pun demikian ia begitu bersemangat untuk , karena ingin memperlihatkan hasil tesnya pada ayahnya.
SCENE 3
Valdo pulang ke rumahnya dengan senang sambil membawa surat di tangannya. Sesampainya di rumah, ia langsung memberikan surat itu kepada ayahnya.
Valdo : “Ayah.......aku pulang!” (sambil menyodorkan surat kepada ayahnya)
Ayah : “Ini apa?”
Valdo : “Ini surat pengumuman hasil bebas tesku! Aku ingin ayah yang membacakannya untukku! Ayo.......cepat buka dan baca!”
Ayah membuka suratnya perlahan, lalu membacanya. Tetapi, raut wajahnya tiba-tiba berubah. Lalu, ia jatuh ke sebuah kursi dan langsung meremas surat tersebut. Valdo dipenuhi kebingungan melihat tingkah Ayahnya.
Ayah : “Apa gunanya Ayah menyekolahkanmu selama ini?” (suara agak pelan)
Valdo : “Maksud Ayah?”
Ayah : “Tidak tahukah kamu, sudah berapa banyak uang yang Ayah keluarkan untuk membiayaimu? Selama ini, Ayah sungguh-sungguh berharap padamu! Tetapi kali ini kau benar-benar mengecewakan Ayah!” (nada membentak)
Valdo : “Aku masih belum mengerti dengan maksud Ayah!” (tertunduk sejenak, lalu merebut surat tersebut dari tangan Ayahnya)
Ayahnya hanya terdiam dan pandangannya kosong. Valdo dengan terburu-buru membaca surat tersebut dan akhirnya menemukan satu kalimat yang benar-benar membuatnya terpukul. Ia langsung terduduk lemas di lantai dan tidak dapat berkata apa-apa lagi.
Valdo : “Maafkan aku ayah! Aku memang anak yang tidak berguna! Aku sudah mengecewakan Ayah! Tapi............!” (langsung dipotong Ayah ibunya)
aYAH : “Tidak ada gunanya lagi kamu meminta maaf sekarang! Lebih baik, kamu pergi dari hadapan Ayah!” (sambil masuk ke kamar)
SCENE 4
Keesokan harinya di tempat bimbel, siswa berkumpul di dekat Riri. Mereka asyik membicarakan masalah perayaan kelulusan mereka.
Riri : “guys, kita buat acara makan-makan yuk itung-itung ngerayain kelulusan kita?”
Ria : “ Ia, aku setuju!”
Riska : “ dimana kita mau ngerayainnya, tp jangan dirumah gue yah??”
Riri : “ hmm,,, ia yah! Dimana ? dirumah ku juga gak bisa karena rumah ku baru habis di renovasi?”
Diah : “ gimana kalau dirumah mu saja de’?”
Pude : “ Mmmm,,, boleh deh !”
Riri :” Asyik makan gratis???”
Pude : “Kalian nih......mau gratisan aja! Bahannya kalian yang beli dong!!! Hahahaha....... becanda deh!!!”
Nisa : “Kakak boleh ikut gak? Soalnya, kakak paling suka yang gratisan! Hehehehe......!?”
Riska : “Yah...ternyata kakak sama aja!” (setengah berbisik)
Ria : “Boleh dong kak. Kita lulus kan juga karena bimbingan kakak.”
Nisa : “ kalian lulus karena kemampuan kalian sendiri, bukan karena kakak sepenuhnya. Ngomong-ngomong valdo kemana ia?”
Ija : “ gak tau kak, kayaknya dia gak masuk deh. Tadi disekolah juga dia gak datang?”
Nisa : “ och , padahal kakak mau tau bagaimana hasil tesnya.!”
Ija : “ Loch..... emangnya kakak gak tau hasil tes kami semua, bukannya ada nilai rekapnya kan kak, ?”
Nisa : “ ia nilai keseluruhannya belum masuk. Mungkin besok!”
Agnes : “Berarti besok kita bisa tahu dong kak, siapa yang mendapatkan nilai tertinggi sampai terendah. ”
Nisa : “ ia kalian udah bisa tau besok, yang nilai tertinggi traktir kakak ia?”
Pude : “ huh,, kakak matre banget sih!!”
(semua siswa tertawa.)
Keesokan harinya tempat bimbel , Ija, Agnes ,Ria, Pude,Riska,dan Diah, yang lain sedang asyik ngobrol di luar kelas bimbel karena guru mereka tidak masuk. Tiba-tiba Riri datang membawa kamera barunya.
Riri : “ guys kita foto-foto yuk’ ini sebagai kenang-kenangan aja kalau kita dah lulus nanti?”
Agnes : “ Apaan sih, norak baget deh!”
(semua serentak menggelengkan kepalanya mendengar kata-kata agnes tadi)
Ija : “ ih ,,, agnes gak apa-apa kali kan sekali- sekali.”
Riri : “ Ok, kalau gitu. entar dulu kita panggil aswin ma valdo juga ya, biar lengkap!!”
Diah : “ Biar aku aja yang panggil, mereka pasti lagi dikelas!”(Diah berjalan menuju kelas)
(Tak lama kemudian Diah datang bersama Aswin dan Valdo. Valdo terlihat begitu muram)
Riri : “ nah udah lengkap, kalian ambil posisi dong yang bagus,... eh tp ntar dulu aku juga kan mau difoto, sapa dong yang bisa foto kita.”
Kemudian pak pos yang baru saja mengantarkan surat keruang tentor lewat didepan mereka.
Riska : “ tunggu pak!...”
Pak pos yang terkaget langsung berbalik
Pak pos : “ Kenapa nak?”(dengan ekspresi sedikit kaget )
Riska : “ tolong fotoin kita donk pak?”
Pak pos: “ Oh, baiklah sini kameranya”
Ija : “ good job Riska!”
Riska : “ Aku gitu?”
Riri : “ ayo cepat kita ambil posisi yang bagus.”
Jipreeet.....”
Pak pos: “ Bapak boleh ikutan gak foto sekali aja, bapak pengen gabung ama anak-anak muda .”
Ija : “ Boleh aja sih pak , tapi yang fotoin siapa?”
Valdo : “ biar aku aja.”
Riri : “Ok.”
Setelah mereka berfoto bersama pak pos itu. Kak nisa datang menuju ruang bimbel. Dan menyuruh mereka masuk, dan duduk ditempat masing-masing.
Diah : “ Valdo , kamu kenapa kok muram begitu.?”
Valdo : “ gak apa-apa kok.”
Tiba-tiba Nisa masuk dan para siswa langsung diam.
Nisa : “Adik-adik sekalian seperti yang kakak katakan kemarin hari ini daftar rekap nilai tes kemarin sudah datang, kakak sangat bangga dengan hasil yang telah kalian dapatkan! Karena itu, kakak ingin memberikan hadiah pada 5 orang yang mendapat hasil terbaik! Ehhhmm.....mereka adalah...............! (dipotong oleh para siswa)
Pude : “Pasti aku kan, kak!” (diteriaki oleh siswa yang lain)
Riska : “Selamat yaaaahhhh!!! (para siswa tertawa terbahak-bahak)
Nisa : “Sudah....sudah! Jadi, 5 terbaiknya adalah ... Aswin ... Riri ... Diah ... Riska ... dan ... Agnes!” (semua berteriak) “Selamat kakak ucapkan bagi yang telah sukses dalam tes ini!”
Tentor,sebenarnya sudah tahu ada seseorang dari anak didiknya yang tidak lulus tapi ia sengaja tidak memberitahukannya, karena ia kasihan dan takut melihat anak didiknya itu malu didepan teman-temannya.
Riska : “Mana hadiahnya kak?”
Ria : “Beli sendiri donk! Mau gratisan aja!” (siswa yang lain tertawa)
Nisa : “Kakak akan berikan hadiahnya setelah lulus UAN! Jadi, kalian sabar dulu yah!”
Riri : “Valdo......kenapa kamu diam saja? Jangan-jangan kamu tidak lulus yah? (semua orang lalu melihat ke arah Valdo)
Riska : “Ih.....bikin malu aja sih kalau nggak lulus!” (sambil melihat sinis)
Diah : “ hahaha.... gak lulus . Rugi banget ia??”
Valdo hanya tertunduk dan terdiam seribu bahasa.
Ria : ”Jangan gitu dong.... Mungkin aja Valdo belum mau cerita tentang hasil tesnya!!!
Pude : “Betul...betul...betul!!!”
Malam hari, di rumah Valdo, Valdo terduduk murung di meja belajarnya sambil memegang foto bersama teman-temannya di tempat bimbel. Ia memandang sinis foto itu dengan penuh kebencian dan rasa dendam. Saking marahnya, ia menggores-gores foto itu dengan pisau.
Jam istirahat tiba. Kantin menjadi padat dipenuhi siswa yang sudah kelaparan. Namun Ija tinggal di kelas dan enggan beranjak dari bangkunya. Kali ini ia hanya ingin bermalas-malasan mengisi waktu istirahat. Namun tiba-tiba matanya terpaku oleh seseorang yang ia lihat di balik pintu. Namun tiba-tiba ia hilang entah kemana. Ija pun menjadi bingung.
Matahari siang tampak terik di atas kepala. Panasnya cuaca membuat siswa-siswa bergegas pulang ke rumah masing-masing. Namun tidak dengan Agnes, Ija, Diah, Pude, Ria Astriana, Riska, dan Valdo. Mereka bingung mengapa Aswin tidak datang ke sekolah.
Pude : “Ada yang aneh hari ini! Tidak biasanya Aswin malas datang sekolah!”
Diah : “Betul! Kalau ada keterangan sih kita mungkin masih maklum!”
Riri : “Seorang Aswin bisa alpa itu patut dijadikan keajaiban dunia ke 8!”
Riska : “Haha...itu sih lebay ibu Riri..!”
Pude : “Yang kalian katakan ada benarnya juga! Pasti ada yang tidak beres!”
Ija : “Kalian tuh yang gag beres! Jam istirahat tadi saya liat Aswin di depan kelas kok!”
Riri : “Ini nih yang namanya lebay! Kebanyakan melamun di kelas tuh!”
Ija : “Serius Ri...!”
Pude : “Secuek apapun Aswin, tapi kalau urusan kayak gini pasti dia bilang ama kita!”
Agnes : “Santai aja kali! Memangnya orang pintar gak bisa bolos juga!” (berbicara judes)
Ria : “Bagaimana kalau kita datang saja ke rumahnya! Mungkin dia benar-benar sakit!”
Ija : “Sekalian makan siang! Kali aja ibunya udah masak!”
Riri : “Haha...betul juga tuh!”
Agnes : “Dasar otak-otak gak waras semua!”
Mereka pun beranjak dari kelas dan berencana akan menjenguk Aswin. Namun tiba-tiba handphone Riska berdering. Ia pun mengangkatnya.
Riska : “Halo, Assalamu Alaikum...!”
Nisa : “Riska, ini Kak Nisa, dek!” (dengan suara yang ketakutan dan gelisah)
Riska : “Oh...ada apa Kak...? Kenapa kakak ketakutan seperti itu?”
Nisa pun menjawab dan jawaban itu membuat Riska kaget. Ia tidak menyangka dengan apa yang ia dengar. Handphonenya pun terjatuh dari genggamannya.
Pude : “Riska, ada apa?”
Riska : “As..win…” (berbicara dengan terbata-bata)
Mereka bingung dan bergegas menuju tempat bimbingan mereka.
SCENE 5
Seketika suasana menjadi hening. Keramaian yang tadinya mengisi hari mereka berubah menjadi suram. Kantong mayat yang diangkat oleh petugas menjadi pertanda hari gelap ini. Mereka masih mengenakan seragam sekolah. Tidak ada satu pun yang dapat berbicara. Pandangan mata kosong melihat ruang kelas bimbingan yang menjadi saksi bisu kematian teman mereka. Pude menangis sekeras-kerasnya seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Riska mencoba menenangkannya namun tetap tidak bisa. Sementara yang lain tetap membisu.
Nisa : “Saat kakak baru tiba, kakak terkejut melihat semua ini! Cermin penuh darah, dan mayatnya terbujur kaku di cermin itu! Dia seorang yang baik! Tapi kakak tidak menduga ini semua terjadi.”
Agnes : “Ya sudahlah...kalau begitu, mungkin sudah takdirnya dia!”
Riska : “Nes, kalau ngomong dijaga ya...!” (merasa marah pada Agnes)
Agnes : “Apa? Berani? Maju sini!”
Riska : “Urrgh....!” (kesal pada Agnes)
Ija : “Hei sudah, sudah! Lebih baik kita doakan saja dia mudah-mudahan mendapat tempat yang layak di sisi-Nya!” (semua serentak mengaminkan doa Ija)
Seminggu setelah kematian aswin, siswa masih terlihat sedih. Namun bimbingan belajar masih tetap berjalan. Mereka harus tetap belajar karena ujian akhir tidak lama lagi.
Nisa : “Oke, saya rasa cukup pelajaran hari ini! Sampai ketemu pertemuan berikutnya!” (melangkah meninggalkan kelas)
Semua : “ Makasih Kak!”
Pude : “Sudah malam! Ri, pulang yuk!” (mengajak Riri untuk pulang bersama)
Riri : “Mmh...kamu duluan saja. Saya dijemput kok.”
Pude : “Oke, deh. Duluan ya.”
Riri : “ Yep!”
Pude lalu meninggalkan tempat bimbingan. Tinggallah Riri sendirian menunggu jemputannya, Seperti biasa sambil menunggu jemputannya ia pun asyik berfoto-foto dengan kamera digital yang dibawanya. Namun ia dikagetkan saat ia melihat hasil foto yang ia ambil. Tampak seseorang yang mengintipnya dari belakang. Ia mencoba mencari orang tersebut namun tidak bisa ia temukan. Ia mulai merasa takut.
Riri : “Siapa itu?!” (teriak Riri namun tak ada jawaban)
Ia semakin ketakutan dan berlari menuju tempat bimbingannya.Namun sosok yang menakutkan itu terasa semakin mendekat. Celakanya, tempat bimbingan sudah kosong. Semua siswa sudah pulang. Ia pun bingung dan mencari tempat sembunyi. Karena tidak ada lagi ruang kelas yang terbuka Riri pun berlari menuju gudang tempat bimbingan. Sang pembunuh terus mendekat. Riri semakin ketakutan melihat suasana gudang yang mencekam. Ia bersembunyi diantara tumpukan barang-barang. Suara langkah kaki seseorang semakin mendekat, dan tiba-tiba...badan Riri terasa ditarik oleh seseorang ia berusaha untuk menolak, ia memegangi benda-benda yang ada di sekitarnya sambil berteriak minta tolong. Riri berusaha melakukan perlawanan. Ia menendang kaki orang itu, awalnya usahanya itu berhasil ia bisa kembali bangkit dan berlari keluar gudang. Riri terjatuh karena kakinya tersandung. Valdo pun langsung berlari tertatih-tatih mendekati Riri, ia menarik rambut Riri dan membenturkan kepalanya di dinding, Riri tidak dapat mengelak. Nasib Riri pun harus berakhir malam itu juga.
Berita kematian Riri membuat gempar satu sekolahan. S
emua sahabat-sahabat Riri tampak begitu terpukul. Beberapa hari setelah kematian Riri, para siswa kembali berkumpul di tempat bimbel.
Ija : “Aku masih belum bisa menerima kematian Riri!”
Diah : “Kira-kira siapa yah yang tega membunuh Riri?”
Agnes : “Untuk apa mengingat kembali hal yang menyakitkan! Lebih baik kita pikirkan kapan saat yang tepat untuk mengadakan perayaan kelulusan!”
Pude : “Hey.....kamu tidak sedih yah kehilangan Riri? Bisa-bisanya kamu hanya memikirkan perayaan itu!” (sedikit membentak)
Agnes : “Memangnya kenapa! Kematian itu kan tidak bisa dihindari! Lebih baik kita bersenang-senang dan lupakan itu sejenak!”
Riska : “Arrgghhh.........!” (mengepalkan tangannya, ingin memukul Agnes)
Agnes : “Apa? Memangnya ada yang salah dengan kata-kataku?” (nada menantang)
Pude : “Agnes......kau benar-benar.......!”
Ija : “Sudah....sudah.....! Riri baru saja meninggal, tapi kalian malah sibuk bertengkar!” (melerai)
Agnes : “Bukan salahku Ija!”
Pude : “Bukan salahmu bagaimana?”
Agnes : “Sudahlah! Tidak penting berdebat dengan kalian!” (meninggalkan ruangan, Valdo masuk ruangan)
Valdo : “Ada apa ini?”
Ija : “Agnes bertengkar dengan Pude dan Riska!”
Pude : “Anak itu benar-benar tidak punya perasaan!”
Valdo : “Benarkah?”
Riska : “Iya! Dia malah lebih memikirkan masalah perayaan kelulusan!”
Valdo : “Hey....kalian tidak curiga yah? Kalau dia bersikap seperti itu, mungkin saja dia pembunuhnya!”
Ija : “Jangan bicara sembarangan! Aku sangat mengenalnya! Dia tidak mungkin seperti itu!”
Valdo : “Kalian tidak sadar yah, ia tidak mau mengungkit masalah kematian Riri karena ia takut kalian menyelediki pembunuhnya! Makanya, ia hanya mengungkit masalah perayaan sepanjang waktu!”
Pude : “Benar juga yah......!”
Riska : “Huh....kalau sampai itu benar, akan ku beri pelajaran anak itu!”
Sejak hari itu, Pude dan Riska mulai bermusuhan dengan Agnes. Mereka pun mulai menyelediki kasus kematian Riri.
Pude : “Kita harus menyelidiki kematian Riri!”
Riska : “Benar juga! Kalau sampai Agnes yang benar-benar membunuh Riri, aku akan merasa senang sekali!”
Ija : “Hey....kalian masih membicarakan masalah kemarin yah? Sudahlah......ku rasa Agnes tidak mungkin berbuat sejauh itu!”
Riska : “Kenapa kau membelanya? Jangan-jangan, kau juga ikut berkomplot dengan Agnes?”
Pembicaraan mereka tidak berlanjut karena tentor masuk dan kembali memulai pelajaran.
Tentor : “Adik-adik.....Kakak ingin mengajak kalian makan di rumah Kakak! Bagaimana?”
Ria : “Wah....asyik! Dalam rangka apa kak?”
Tentor : “ Kakak kan udah janji mau kasih hadiah buat kalian yang udah udah lulus, nah hadiahnya itu makan gratis dirumah kakak.”
Riska : “ trus acaranya kapan kak?”
Tentor : “Kalau besok sore, bagaimana?”
Pude : “Boleh Kak! Asyik.....akhirnya bisa makan gratis!”
Diah : “Dasar kalian semua! Sukanya yang gratisan doank!
Valdo : “ apa coba yang lebih murah dari gratis?”
Agnes : “ ih, norak banget sih kalian. Baru juga diajak makan udah heboh gitu. Biasa kalee’?”
Pude : “ Apaan sih nez, santai dong!”
Tentor : “ Sudah, sudah... oke sekarang kita lanjutkan pelajaran kita yang kemarin, apa ada yang ingin kalian tanyakan tentang materi yang kita bahas kemarin!”
Ija : “ Kak, kemarin kan kita belajar tentang persendian , aku mau tanya (terpotong karena tiba-tiba saja lampu padam. Semua siswa teriak karena terkejut)
Tentor : “ Tenang adik-adik ini memang sering terjadi,mungkin ada konsleting listrik. Kakak akan keluar sebentar untuk mencari pak slamet agar segera memperbaiki lampunya.(melangkah keluar )
Ketika tentor pergi tiba-tiba saja terdengar suara-suara aneh dari kamar mandi, suara itu makin lama makin keras dan membuat bulu kuduk berdiri. Ketegangan semakin memuncak saat ria berteriak keras.
Ria : aaaa,...a.a.a...aa...aaa.(sambil menutup matanya dengan kedua tangannya)
Diah yang duduk disampingnya sontak saja terkejut
Diah : “kamu kenapa Ri’?”
Agnes : “ ia, nih berisik tau mana kita panik karena mati lampu lg, eh pake teriak segala? Lebay banget sih loe!”
Pude : “ jangan gitu kale nez. Kamu kenapa Ri’ kok tiba-tiba teriak?”
Riska : “ ia muka kamu juga pucat. Kenapa sih?”
Ria : “ Tadiiiiii.... tadiiiii...ii... akuu ngeliat Riri!”
Agnes : “ Halusinasi loe aja kali.!”
Ria : “ Beneran.. aku gak bohong aku beneran liat riri, dia kayak lagi sedih baget.”
Diah : “ ya udah , tenang ya kita ada disini kok. Mungkin Riri lagi kangen ama kita jadi dia kesini.”
Agnes : “ Ih kalian tuh bikin parno aja deh.”
Pude : “ kenapa nez ? kamu takut ya kalau Hantunya Riri ngedatangin kamu?”
Agnes : “ Maksud kamu apa de’?. Kamu masih nuduh aku yang jadi pembunuhnya Riri?”
Pude : “ Menurut kamu?”
(Tentor masuk )
Tentor : “ apa yang terjadi? Mengapa kalian ribut sekali.?”
Valdo : “ Ria abiz ngeliat penampakan kak!”
Tentor : “ serius ? jangan mengada-ngada deh do’!”
Valdo : “ serius kak. Dua rius bahkan kalu ngak percaya . kakak tanya gih ma orangnya sendiri.!”(dengan tampang kesal)
Tentor : “ ya sudah. kalian semua kembali ke tempat masing-masing karena ada yang ingin kakak sampaikan.!”
Semua kembali ketempatnya.
Tentor : “ sepertinya bimbingan belajar cukup sampai disini saja hari ini, karena terjadi konsleting listrik dan baru bisa diperbaiki besok. Kita juga tidak bisa belajar gelap-gelapan kan. Jadi saya akhiri pertemuan hari ini dengan ucapan Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Hati-hati dijalan ya?”
semua : “ ia kak!.”
SCENE 6
Pukul 4 sore, semua siswa sudah berkumpul ditempat bimbel untuk bersama-sama menuju kerumah kak nisa tentor mereka.
Tentor : “Bagaimana adik-adik, sudah lengkap semua?”
Diah : “Emm........!” (menghitung semua siswa yang ada)
Valdo : “ sudah lengkap . ayo let’s go..”
Agnes : “ mulai deh.!”
Pude : “ Kenapa si loe nez.. Emosian banget, ntar cepat tua loh?”
Agnes : “ Siapa yang emosi, Biasa aja kali.”
Pude : “ capek gue ngomong ma loe, gak pernah nyambung!”
Agnes : “terserah aku dong!”
Riska : “ Apaan sih kalian? kerjaanya berantem terus, kita mau senang-senang nih jadi gak usah berkelahi ya!!!.”
Pude : “ Agnes tuh Yang bikin gara-gara duluan?”
Agnes : “ ih, enak aja. Bukannya kamu yang mulai!” (tambah emosi)
Ija : “(datang melerai keduanya) Woiiii jadi pergi gak sih? Kalau dalam 5 menit kedepan kaliaan masih berantem kita gak jadi pergi nih.”
Agnes : “ Iya, deh aku dah lapar banget nih.”
Pude : “ Ok. Perut gue juga udah keroncongan”
Tentor : “ Ayo cepat kita pergi sekarang, entar mati kelaparan lagi!”
Semua : “ Let’s Goooooo...”
Sesampainya di rumah tentor, para siswa duduk diruang tamu sambil menunggu makanan dikeluarkan. Saat itu riska mengambil majalah fasion terbitan terbaru yang ada diatas meja.
Riska : “ wowww... ini nih gelang model terbaru yang lagi banyak dipakai sama artis-artis...!”(sambil menunjukkan gambar sebuah gelang yang ada dimajalah).
Seketika itu teman-temannya mulai mendekat dan memperhatikan gelang yang ditunjukan oleh riska.
Ria : “ Bener,, Ini tuh gelang yang lagi ngetrend sekarang..”
Agnes : “ ih. Imut banget sih tuh gelang .”
Valdo : “ Dasar cewek , gelang jelek gitu dibangga-banggain.”
Riska : “ Ya jelaslah kamu gak suka, klau kamu sampai suka ma gelang ini wah Aku curiga kalau kamu ada kelainan kali.”
Semua : Hahahahahahaha...........(Semua tertawa)
Valdo : “ ah susah ya ngomong ma cewek, mendingan gue pergi aja deh”
Ija : “Pergi sana....!”
Valdo keluar meninggalkan temannya yang masih sibuk bercerita. Sementara itu, Pude, Tentor, dan Diah, membuat minuman di dapur. Karena mendengar kegaduhan yang dibuat oleh teman-temannya di ruang tamu, ketiganya langsung pergi ke ruang tamu untuk melihat apa yang diributkan oleh mereka.
Diah : “Ada apa sih?”
Tentor : “Ini nih, aksesoris yang lagi laku-lakunya sekarang!”
Pude : “Capek deh! Kirain apa!”
Agnes : “Loe aja tuh yang gak gaul! Huuuhhhh.............!” (diikuti siswa lainnya)
Pude : “ Selera orang kan beda-beda, wajar aja dong kalau gue gak suka.”
Ria : “ masak sih kamu gak suka ma gelang itu? Lucu kali!”
Pude : “ Aku memang gak terlalu suka ma gelang.”
Ria : “ ooohhh.....”
Mereka pun kembali ke dapur untuk mengambil minuman dan makanan lalu membawanya ke ruang tamu . Kemudian, saat Diah tiba di ruang tamu sambil membawa minuman, (Valdo datang dan mengambilnya.)
Valdo : “Biar saya saja!”
Diah : “Tumben Valdo baik!”
Valdo : “ Aku kan emang baik..” (Valdo tersenyum dengan agak dipaksa)
Valdo pun membagikan minuman kepada teman-temannya. Setelah itu ia kedapur untuk menyimpan baki minuman.
Sementara teman-temannya masih asyik meributkan masalah aksesoris itu. Setelah makanan dan minuman telah tersedia di meja, mereka pun makan dengan lahap. Tiba-tiba, Riska seperti tersedak dan memegang kerongkongannya.
Pude : “Kamu kenapa Riska?”
Tentor : “Hey.....dia kenapa?”
Diah : “Tidak tahu Kak! Tiba-tiba dia seperti itu!”
(Darah keluar dari hidung riska, dan ia pun sempat memuntahkan banyak darah.) semua anak berhenti makan dan segera mendekati riska. )
Tentor : “ valdo .....!”
Valdo : “ ia kak. Riska kenapa?”
Tentor : “ kakak juga tidak tau , tiba-tiba saja ia sudah begini. Sekarang tolong kamu telpon ambulance .Riska harus cepat dibawa kerumah sakit”
Valdo : “ baiklah kak.(menelpon ambulance)
Namun naas sebelum Ambulance datang , riska sudah tidak dapat tertolong lagi.
SCENE 7
Di sekolah, mereka mulai merasa curiga dengan kematian berturut-turut dari kedua temannya.
Pude : “Ini benar-benar aneh!”
Diah : “Iya! Bagaimana bisa Riri dan Riska mati secara berturut-turut seperti ini!”
Ija : “Semua ini pasti ada dalangnya!”
Pude : “Aku jadi bertambah curiga pada Agnes!”
Ija : “Hey....aku kan sudah bilang, tidak mungkin Agnes yang melakukannya!”
Pude : “Apa dasarnya kau membela Agnes?”
Ija : “Saat kematian Riri, aku pulang bersama Agnes! Dan saat kematian Riska, Agnes juga tidak melakukan apa-apa, bukan?”
Pude : “Bisa saja dia berpura-pura, tetapi di belakang kita, dia adalah dalangnya!”
Tiba-tiba Agnes datang dan menyela pembicaraan mereka.
Agnes : “Apa kau bilang?”
Ija : “Ag....neess.....!” (semua kaget melihat Agnes datang)
Agnes : “Apa maksudmu, mengatakan aku dalangnya?” (menunjuk Pude)
Pude : “Kenapa kau marah? Kalau memang tidak benar, kau tidak perlu marah!”
Agnes : “Mana mungkin aku diam saja kalau kau menfitnahku seperti itu? Kau mau cari masalah yah?” (memukul meja)
Pude : “Kalau iya, kenapa?” (maju ke arah Agnes)
Ija : “Kalian ini......kenapa sih bertengkar terus! Saat Riri meninggal, kalian bertengkar, sekarang, Riska meninggal, kalian juga bertengkar? Huh....!”
Diah : “Benar juga! Sebaiknya kita cari siapa dalang yang sebenarnya! Jangan main hakim sendiri saja!” (Pude meninggalkan kelas,)
Agnes : “ aku mau tanya, kok bisa sih dia menuduh aku sebagai pembunuh?”
Diah : “ Bukan gitu nezzz,,.. pude hanya masih terpukul dengan kepergian sahabatnya, kamu kan tau dia yang paling dekat dengan riska ,dan menurutnya kamu begitu cuek dengan kematian teman-teman kita. Makanya dia jadi curiga.”
Agnes : “ aku benar-benar gak ngerti dengan jalan pikiran kalian.”
Keesokan harinya , para siswa berkumpul lagi di taman untuk membicarakan masalah kematian teman-temannya. Kali ini pembicaraan mereka berlangsung sangat serius.
Ija : “Kita tidak bisa diam lagi sekarang!”
Pude : “Benar....! Kita harus bertindak sekarang! Kalau tidak, akan ada lebih banyak korban lagi!”
Diah : “Masalahnya, kita tidak tahu siapa pembunuh sebenarnya!”
Ria : “Nah....itulah yang harus kita selidiki sekarang!”
Pude : “Kalau menurutku, pasti Agnes pelakunya!”
Valdo : “Yah...aku juga setuju!”
Diah : “kamu tidak boleh berkata seperti itu pude, kamu kan gak ada bukti yang kuat?”
Pude : “Bagaimana aku tidak begitu kalau Yang paling cuek ama semua kejadian sekarang ini hanya Agnes! Dan setiap ada kasus kematian, pasti Agnes satu-satunya yang tidak mau mengungkit masalah itu!”
Ija : “ Tapi kan mungkin saja ada alasan lain yang menyebabkan agnes bersikap seperti itu.”
Valdo : “ apa coba alasannya?”
Ija : “ aku juga gak tau sih?(mulai curiga kepada agnes)
Sementara itu, Agnes pergi ke ruangan bimbel yang menjadi saksi bisu kematian Aswin. Di sana ia melihat ke sekeliling ruangan dan tiba-tiba ia menginjak sesuatu. Ia mengambilnya dan ternyata itu adalah sebuah flask dish. Ia pun membukanya, dan isinya ialah sebuah foto di mana wajah Riri, Aswin, Riska, dan Diah, diberi tanda silang. Agnes pun mengetahui bahwa korban selanjutnya adalah Diah.
Keesokan harinya di kelas, Musa dan Diah sedang duduk dan belajar bersama. Agnes pun masuk ke kelas dan memperingatkan Diah.
Agnes : ”Diah, mulai saat ini, kau harus berhati-hati!”
Diah : “Memangnya kenapa?”
Agnes : “Aku belum bisa beritahu kau sekarang! Yang jelas, kau harus berhati-hati!”
Diah : “Iya...iya...! Aku tahu!”
Tiba-tiba, nada sms dari hp Agnes berdering. Ia pun melihat sms yang masuk. Setelah itu, ia meminjam hp Musa untuk membalas sms tersebut. Tidak lama kemudian, Musa dan Diah keluar kelas dan pergi ke kantin untuk makan. Tinggallah Agnes sendiri di kelas. Setelah itu, Agnes pun keluar kelas dan pulang.
SCENE 8
Seusai bimbel, Diah berjalan-jalan di taman tempat bimbel. Kemudian, ia menerima sms dari Musa, yang mengajaknya bertemu di taman dekat rumahnya. Ia pun tersenyum sambil membalas sms tersebut.
Sesampainya di taman tersebut, ia pun menunggu Musa dan berjalan-jalan sejenak. Ia pun menaiki ayunan yang ada di taman tersebut. Saat ia sedang asyik bermain ayunan, tiba-tiba ada orang yang mendorong ayunan tersebut dengan sangat keras sampai Diah terlempar dan meninggal seketika akibat kepalanya terantuk batu. Pembunuh itu pun mengirimkan pesan ke teman-teman diah melalui handphone diah yang telah sekarat. Isi pesan “ guys kalian ke taman dong”.
Setelah itu pembunuh itupun pergi, dengan kondisi Diah yang sedang sekarat. Diah berusaha untuk bangun tapi ia tidak sanggup lagi. Sesaat kemudian teman-teman Diah datang dan menemukan Diah sudah tidak bernyawa lagi dengan kondisi yang begitu mengenaskan. Melihat itu Ija pun Histeris, agnes pun merangkul berusaha menenangkan ija.
Riska : “Di...iiia..aaa..aaahhhhh, sapa sih yang tega ngelakuin ini ma kamu!”(sambil merangkul tubuh diah yang sudah tak bernyawa lagi)
Pude : “ psikopat gila,,,!!! Kenapa harus diah sih yang jadi korban!( menangis tersedu, disamping mayat Diah”.
Ria : “ Selamat jalan teman, semoga kau tenang!”( sambil menutup mata Diah)
(ija dan agnes hanya berdiri sambil menatap sedih )
Besoknya, berita kematian Diah kembali menggemparkan sekolah.
Pude : “Aku benar-benar tidak mengerti apa maksud ini semua!”
Ija : “Yah...benar! Ini keterlaluan untuk sebuah lelucon!”
Ria : “Dari hp Diah yang ditemukan kemarin di taman, sms terakhirnya dari Musa!”
Valdo : “Berarti, kita harus tanya Musa sekarang!”
Mereka pun memanggil Musa dan menginterogasinya.
Valdo : “Kemarin kau menemui Diah di taman, kan?”
Musa : “Apa maksudmu?”
Ija : “Sms terakhir di hp Diah itu dari kamu! Kamu mengajaknya bertemu di taman”
Musa : “Aku tidak pernah mengajaknya bertemu kemarin! Hpku hilang setelah dipakai Agnes!”
Mereka pun juga memanggil Agnes dan menginterogasinya.
Pude : “Tidak salah lagi, kau kan yang membunuh 4 teman kita?”
Agnes : “Kau ingin memfitnahku lagi yah?”
Ria : “Kami bukan memfitnah! Tapi, Musa yang bilang kalau kau yang terahir memakai hpnya dan setelah itu hpnya hilang!”
Agnes : “Yah...aku memang memakai hpnya! Tapi, setelah itu, ku letakkan kembali di meja! Lalu aku pulang! Kalau hpnya hilang, aku tidak tahu!”
Valdo : “Jangan bohong! Bilang saja kau ingin mencari alasan untuk menghindar! Itu sudah trik lama!”
Agnes : “Kalian ini kenapa! Sepertinya ingin menjadikanku sebagai pembunuhnya!
Valdo : “Bukannya kau memang pembunuhnya! Ku dengar dari Musa, kemarin kau menyuruhnya untuk berhati-hati!”
Agnes : “Aku hanya punya firasat saja kalau dia sedang terancam! Memangnya aku salah mengatakan itu?”
Valdo : “Tentu saja! Itu artinya kau sudah tahu kalau Diah adalah korban selanjutnya! Bagaimana kau bisa tahu itu?”
Agnes : “A...aku.....! Yang penting bukan aku pelakunya! Aku bersumpah, bukan aku pelakunya!”
Pude : “Memangnya kami percaya dengan sumpahmu?”
Agnes : “Lalu, kau mau apa?”
Valdo : “Kami hanya butuh pengakuanmu! Itu saja!”
Agnes : “Tidak ada gunanya kau terus memaksaku! Aku tidak akan mengaku! Karena Aku memang bukan pelakunya!”
Ija : “Sudahlah....jangan memaksanya lagi!” (Agnes keluar kelas)
SCENE 9
Semalaman agnes tidak dapat tidur karena memirkirkan tuduhan teman-temannya. Ia sangat terpukul karena dianggap sebagai pembunuh. Ia berpikir keras semalaman tentang apa yang harus ia lakukan untuk membuktikan kebenaran yang sesungguhnya. Setelah lama berpikir agnes pun memutuskan bahwa ia harus mengatakan semuanya apapun resikonya.
Keesokaan harinya, ditempat bimbel, agnes menemui ija untuk mengatakan semuanya. Agnes mengajak ija berbicara empat mata di tempat bimbel yang masih kosong, karena belum ada siswa yang datang.
Agnes : “Ija, ada yang ingin ku katakan sejak kemarin!”(ekspresi serius)
Ija : “Apa?”
Agnes : “Aku menemukan sebuah flash disk di ruangan bimbel! (menunjukkannya pada Ija) Setelah aku membukanya, ternyata isinya adalah foto kita bersama! Dan foto teman-teman kita yang sudah meninggal, diberi tanda silang!”
Ija : “Benarkah? Kenapa gak bilang dari kemarin?”(ekspresi kaget)
Agnes : “Aku belum sempat bilang kemarin!”
Ija : “Kamu tahu gak, ini flash disk milik Valdo!”
Agnes : “Hah? Kau jangan bercanda!”( ekspresi terkejut)
Ija : “Aku serius! Ini milik Valdo!”
Agnes : “Jadi..................!” (Ija meninggalkan Agnes) “Hey.......kau mau ke mana?”
Ija : “ Aku mau menemui valdo,.!”
Agnes segera menahan ija dengan kedua tangannya.
Agnes : “ Jangan gila kamu , kamu mau mati??”
Ija : “ Tapi Valdo harus bertanggung jawab atas semuanya, apalagi dia kan yang jadi katalis sampai –sampai kamu yang dituduh jadi pembunuhnya.”
Agnes : “ ia sih, tapi bahaya tau ja’!”
Ija : “ Biarin dari pada ada korban lagi.”
Agnes : “ Ja’ Korban selanjutnya itu aku.!”(dengan suara pelan)
Ija : “ Serius loe?”
Agnes : “ Iya, gue kan udah bilang kalau di fdnya valdo, ada foto-foto teman kita yang udah meninggal yang diberi tanda silang, dan foto gue salah satunya yang diberi tanda silang itu berarti kan gue korban selanjutnya.”
Ija : “ ah gila , tuh anak.”
Agnes : “ Maka dari itu kita gak boleh bertindak sendiri, kita juga harus memberi tahu yang lain .”
Ija : “ Lama nez, kalau kita harus bilang ma anak-anak yang lain, kita harus nyelesainnya sekarang juga.!”
Agnes : “ Baiklah, ayo kita cari valdo!”
Agnes dan ija yang sudah mengetahui pelaku yang sebenarnya segera menemui valdo. Mereka benar-benar merasa geram dengan peristiwa kematian 4 sahabatnya. Sebelum menemui valdo Agnes dan ija mengatur rencana untuk menghadapinya.
Ija : “Valdo, kenapa kau melakukannya?”
Valdo : “Apa maksudmu?”
Ija : “Kenapa kau membunuh mereka?”
Valdo : “Hey.....apa yang kau katakan! Aku benar-benar tidak mengerti!
Ija : “Aku sudah melihatnya! Aku sudah melihat foto itu!”
Valdo : “Benarkah? Baguslah kalau kau sudah melihatnya! Itu tandanya, sudah waktunya aku menyudahi pembalasan dendamku dengan membunuhmu!”
Valdo mengeluarkan pisaunya dan mencoba untuk menikam Ija, ija pun berlari menghindari valdo sambil berteriak. Saat itu Agnes yang menunggu di depan kelas dan mendengar teriakan Ija langsung masuk kedalam kelas sambil membawa sebongkah balok sebagai pertahanan. Agnes berlari ke arah Valdo dan memukulnya. Valdo terjatuh dan pisaunya terlepas dari genggaman. Ija pun langsung merebut pisau itu. Valdo yang masih kesakitan tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Ija : “ kenapa sih kamu membunuh teman-teman kita.”
Agnes : “ aku gak nyangka banget kalau kamu pembunuhnya.!”
Valdo : “ aku benci sama mereka semua, mereka gak pernah ngerti dengan apa yang aku rasaain, aku tidak lulus malah mereka ejek, aku sakit hati melihat tindakan mereka .”
Ija : “ tapi itu bukan berarti kamu bisa bunuh mereka.”
Valdo : “ Hmmm aku sudah terlanjur sakit hati dengan tindakan kalian. Kalian juga harus mati(valdo berusaha bangkit tapi agnes kembali memukulnya dan valdo pun jatuh pingsan.)
Ija dan agnes segera menelpon tentor dan teman-temanya agar ia segera datang ketempat bimbingan. Ketika mereka semua datang ija dan agnes segera menjelaskan semuanya dan menunjukkan bukti-bukti yang mereka dapatkan. Tentor segera menghubungi polisi. Valdo pun dibawa kekantor polisi.
SELESAI
***